Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yogyakarta Menyambut: dari Rel Kereta Hingga Landasan Pacu

17 Juli 2024   00:01 Diperbarui: 17 Juli 2024   00:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai orang yang pernah  mengunjungi Yogyakarta, saya telah merasakan pengalaman unik memasuki Kota Pelajar ini melalui dua pintu gerbang yang berbeda. Masih segar dalam ingatan ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di peron Stasiun Tugu beberapa waktu yang lalu. Dan hari ini, saya berkesempatan menjajal pengalaman baru dengan mendarat di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulonprogo, merasakan hembusan angin pantai selatan begitu keluar dari pesawat. 

Dua pengalaman yang kontras ini membuka mata saya akan dualisme Yogyakarta - sebuah kota yang dengan anggunnya merangkul warisan sejarah sembari melangkah maju ke era modern. Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak Anda menjelajahi perbedaan dan keunikan kedua gerbang masuk Yogyakarta ini, yang masing-masing menawarkan cerita dan kesan pertama yang tak terlupakan bagi para pelancong.

Kota Yogyakarta, dengan segala pesonanya, telah lama menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai penjuru. Namun, sebelum dapat menikmati keindahan Keraton, kelezatan gudeg, atau kemegahan Candi Prambanan, para pengunjung harus terlebih dahulu melewati gerbang kedatangan kota ini. Dua pilihan utama yang kini tersedia adalah Stasiun Tugu yang legendaris dan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulonprogo. Masing-masing memiliki karakteristik unik yang dapat mempengaruhi pengalaman awal seseorang di Kota Pelajar ini.

Stasiun Tugu: Sepenggal Sejarah di Jantung Kota

Berdiri megah sejak era kolonial Belanda, Stasiun Tugu telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Yogyakarta. Lokasinya yang strategis di pusat kota menjadikannya pilihan favorit bagi banyak pelancong. Begitu keluar dari gerbong kereta, pengunjung langsung disambut oleh denyut nadi kehidupan kota. Aroma kopi dari kedai-kedai di sekitar stasiun bercampur dengan hiruk-pikuk pedagang asongan, menciptakan atmosfer khas perkotaan Jawa.

Arsitektur stasiun yang memadukan gaya Eropa dan lokal seolah menjadi pengantar sempurna bagi wisatawan untuk mulai menjelajahi kekayaan budaya Yogyakarta. Bangunan bersejarah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat transit, tetapi juga menjadi destinasi wisata tersendiri. Banyak wisatawan yang sengaja mengabadikan momen kedatangan mereka di depan papan nama ikonik stasiun ini.

Dari segi aksesibilitas, Stasiun Tugu unggul dalam kemudahan mencapai berbagai titik wisata popular. Dalam radius beberapa kilometer saja, pengunjung sudah bisa mengunjungi Malioboro, Keraton, atau Taman Sari. Transportasi umum seperti becak, andong, atau bus trans Jogja tersedia melimpah, memberikan pilihan mobilitas yang beragam sesuai anggaran dan preferensi wisatawan.

Namun, kedatangan melalui Stasiun Tugu juga memiliki beberapa tantangan. Kepadatan pengunjung, terutama di musim liburan, bisa menjadi masalah. Antrean taksi atau ojek online terkadang memanjang, sementara area penjemputan yang terbatas bisa menyulitkan mereka yang dijemput kerabat. Meski demikian, bagi banyak orang, kekurangan ini justru menjadi bagian dari "pengalaman otentik" berwisata ke Yogyakarta.

YIA Kulonprogo: Modernitas di Tepi Pantai

Di sisi lain, Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulonprogo hadir sebagai gerbang modern Yogyakarta. Diresmikan pada 2019, bandara ini menawarkan pengalaman kedatangan yang sangat berbeda. Arsitektur kontemporer yang didominasi kaca dan baja memberikan kesan futuristik, kontras dengan nuansa tradisional yang kental di Stasiun Tugu.

Fasilitas bandara yang lengkap dan modern menjamin kenyamanan penumpang. Dari area pengambilan bagasi yang luas hingga toilet yang bersih, YIA memberikan first impression yang mewah bagi para pengunjung. Bagi wisatawan asing atau pebisnis, hal ini bisa menjadi nilai plus tersendiri.

Salah satu keunikan YIA adalah lokasinya yang berdekatan dengan pantai. Pemandangan laut Jawa yang membentang luas bisa dinikmati dari beberapa sudut bandara, memberikan pengalaman visual yang menyegarkan bagi para penumpang yang baru saja menempuh perjalanan udara.

Namun, jarak YIA yang cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta (sekitar 45 km) bisa menjadi kendala. Waktu tempuh ke pusat kota bisa mencapai 1-1,5 jam, tergantung kondisi lalu lintas. Meski tersedia shuttle bus dan kereta bandara, banyak wisatawan merasa perjalanan ini cukup melelahkan, terutama setelah penerbangan panjang.

Dari segi biaya, kedatangan melalui YIA umumnya lebih mahal dibandingkan dengan kereta api. Harga tiket pesawat, ditambah dengan ongkos transportasi ke pusat kota, bisa menjadi pertimbangan bagi wisatawan dengan anggaran terbatas. Namun, bagi mereka yang menghargai efisiensi waktu, terutama untuk perjalanan jarak jauh, pilihan ini tetap menarik.

Membandingkan Pengalaman

Ketika membandingkan kedua opsi ini, penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek. Dari segi waktu, perjalanan udara ke YIA memang lebih cepat dibandingkan dengan kereta api ke Stasiun Tugu untuk rute jarak jauh. Namun, jika memperhitungkan waktu check-in di bandara dan perjalanan dari YIA ke pusat kota, perbedaan waktunya mungkin tidak terlalu signifikan untuk beberapa rute tertentu.

Faktor biaya juga perlu dipertimbangkan. Meski tiket pesawat kadang bisa lebih murah saat promo, secara umum perjalanan kereta api masih menjadi opsi yang lebih ekonomis. Ditambah dengan biaya transportasi dari YIA ke pusat kota, total pengeluaran untuk rute udara bisa jauh lebih tinggi.

Dari segi pengalaman perjalanan, kereta api menawarkan panorama alam yang beragam sepanjang perjalanan. Pemandangan persawahan, pegunungan, hingga kehidupan desa bisa dinikmati dari jendela kereta. Sementara itu, perjalanan udara menawarkan efisiensi dan pemandangan dari ketinggian yang memukau, meski interaksi dengan lingkungan sekitar lebih terbatas.

Aspek sustainabilitas juga menjadi pertimbangan penting di era kesadaran lingkungan saat ini. Perjalanan dengan kereta api umumnya memiliki jejak karbon yang lebih kecil dibandingkan dengan pesawat terbang, menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Pilihan Gerbang, Pilihan Pengalaman

Pada akhirnya, pilihan antara tiba di Stasiun Tugu atau YIA Kulonprogo sangat bergantung pada preferensi individual. Bagi mereka yang menghargai nostalgia, ingin langsung merasakan denyut nadi kota, dan tidak keberatan dengan hiruk-pikuk perkotaan, Stasiun Tugu adalah pilihan yang tepat. Sementara itu, YIA cocok bagi wisatawan yang mengutamakan kenyamanan modern, efisiensi waktu untuk perjalanan jarak jauh, dan tidak keberatan dengan biaya tambahan.

Keberadaan dua "gerbang" ini sebenarnya mencerminkan dualisme yang ada di Yogyakarta sendiri – perpaduan antara tradisi dan modernitas. Kota ini berhasil mempertahankan warisan budayanya sambil tetap mengikuti perkembangan zaman. Stasiun Tugu dan YIA Kulonprogo, dengan karakteristik unik masing-masing, menjadi representasi sempurna dari identitas ganda Yogyakarta ini.

Terlepas dari pilihan gerbang kedatangan, yang terpenting adalah pengalaman yang menanti di baliknya. Yogyakarta, dengan segala pesonanya, siap menyambut setiap pengunjung dengan keramahan khas Jawa. Entah itu aroma kopi di sekitar Stasiun Tugu atau pemandangan laut dari YIA, kedua pintu masuk ini sama-sama menjanjikan awal petualangan yang tak terlupakan di Kota Istimewa ini.

Dalam era di mana efisiensi dan kecepatan sering kali menjadi prioritas, kehadiran YIA memang menjawab kebutuhan tersebut. Namun, keberadaan Stasiun Tugu yang tetap ramai dikunjungi menunjukkan bahwa ada nilai-nilai lain yang tetap dihargai oleh banyak wisatawan – pengalaman otentik, sentuhan sejarah, dan koneksi langsung dengan jantung kota.

Akhirnya, pilihan antara kedua gerbang ini mungkin bukan sekadar preferensi perjalanan, tetapi juga mencerminkan filosofi berwisata seseorang. Apakah perjalanan itu semata-mata tentang mencapai tujuan, atau juga tentang menikmati prosesnya? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin akan menentukan pintu mana yang akan dipilih saat mengunjungi Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun