Namun, tentu saja, premis ini bukan berarti bahwa kita harus menerima begitu saja ketidakadilan atau eksploitasi dalam dunia kerja.Â
Upah yang layak dan kondisi kerja yang manusiawi tetaplah hak asasi setiap pekerja yang harus diperjuangkan.Â
Tetapi, premis ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam mengejar gaji sebagai tujuan akhir yang mengabaikan aspek-aspek lain yang sama pentingnya dalam kehidupan.
Pada akhirnya, artikel ini mengajak kita untuk merenungkan kembali makna sesungguhnya di balik gaji dan upah.Â
Meskipun kompensasi finansial penting, kita tidak boleh melupakan bahwa kehidupan yang berkualitas dan bermakna mensyaratkan keseimbangan antara aspek materiil dan non-materiil seperti kesehatan, hubungan sosial, pemenuhan batin, serta kebahagiaan sejati.Â
Dengan memahami perspektif ini, kita dapat menjadi lebih bijaksana dalam menilai situasi kita sendiri, lebih bersyukur atas apa yang kita miliki, dan lebih termotivasi untuk mengejar kehidupan yang seimbang, bermakna, dan memberikan kepuasan batin yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H