Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mencabut Akar Kekerasan, Mengakhiri Tradisi Kelam di Lembaga Pendidikan Kedinasan

5 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 6 Mei 2024   00:10 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekerasan di sekolah kedinasan berulang, Taruna STIP diduga dianiaya senior hingga tewas.(KOMPAS)

Tragedi yang menimpa seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) berinisial P (19) yang tewas diduga dianiaya oleh seniornya, merupakan bukti bahwa budaya kekerasan di lembaga pendidikan kedinasan masih menjadi polemik yang tak kunjung usai. 

Meskipun pihak berwenang telah berupaya untuk memberantas praktik tersebut, namun kasus-kasus seperti ini seolah menjadi pengingat bahwa masih ada oknum mahasiswa senior yang mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.

Pertama, budaya senioritas yang kaku dan hierarkis di lembaga pendidikan kedinasan sering kali disalahartikan oleh sebagian mahasiswa senior sebagai legitimasi untuk menerapkan kekerasan kepada juniornya. 

Mereka menganggap bahwa kekerasan merupakan bagian dari tradisi yang harus dipertahankan untuk menjaga disiplin dan menguji ketangguhan calon penegak hukum atau aparat negara. 

Pandangan sempit ini tentu saja sangat berbahaya dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh lembaga pendidikan tersebut. 

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menghadirkan pelaku pembunuhan taruna STIP Marunda, Jakarta Utara, berinisial TRS dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu (4/5/2024). ANTARA/Mario Sofia Nasution
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menghadirkan pelaku pembunuhan taruna STIP Marunda, Jakarta Utara, berinisial TRS dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu (4/5/2024). ANTARA/Mario Sofia Nasution

Fakta bahwa tindakan kekerasan masih terus terjadi mengindikasikan bahwa pemahaman yang keliru ini masih mengakar kuat di kalangan mahasiswa senior. 

Mereka seolah-olah melupakan tujuan utama pendidikan kedinasan, yaitu mencetak aparat negara yang profesional dan berintegritas, bukan menciptakan lingkungan yang penuh intimidasi dan kekerasan.

Kedua, kurangnya pemahaman tentang pentingnya menghormati hak asasi manusia dan menghindari tindakan kekerasan dalam proses pendidikan dan pembinaan. 

Seharusnya, lembaga pendidikan kedinasan menjadi contoh dalam menanamkan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan penghormatan terhadap hak-hak individu. Namun, praktik kekerasan yang masih terjadi justru mengindikasikan adanya kegagalan dalam mentransfer nilai-nilai tersebut kepada para mahasiswanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun