Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kasus Rihana-Rihani dan Literasi Keuangan

6 Juli 2023   00:01 Diperbarui: 7 Juli 2023   08:15 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rihana dan Rihani menjerat korbannya untuk menjadi reseller produk iPhone sejak 2021.(Tangkapan layar dari YouTube KompasTV via kompas.com)

"Literasi keuangan yang rendah adalah jendela bagi penipuan investasi."

Pemberitaan kasus penipuan milyaran rupiah yang dilakukan dua wanita kembar Rihana dan Rihani telah menyita perhatian publik. 

Mengutip Kompas 05/07/2023, Rihana dan Rihani menjerat korbannya untuk menjadi reseller produk iPhone sejak 2021. Mereka menarik para korban dengan menjanjikan harga barang murah dengan keuntungan yang menggiurkan bagi reseller. 

Bisnis kotor ini mereka lakukan dengan membayarkan keuntungan kepada satu korban dari uang yang dibayarkan oleh korban lain, modus ini seperti skema Ponzi.

Skema Ponzi, yang seringkali diadopsi oleh penipu dengan kedok investasi, telah menyebabkan banyak korban yang merugi. Fenomena yang mengherankan adalah keefektifan skema ini dalam memperdaya para korban. 

Apakah para korban tidak pernah mendapatkan informasi tentang kasus penipuan investasi yang sudah merugikan banyak orang? Masalah utamanya tampaknya terletak pada rendahnya tingkat literasi, terutama literasi keuangan.

Literasi keuangan yang rendah merupakan salah satu masalah serius yang secara luas mempengaruhi individu di berbagai belahan dunia. 

Dampak dari rendahnya literasi keuangan ini dapat dilihat dari banyaknya orang yang terjebak dalam skema Ponzi, yang merupakan salah satu bentuk penipuan investasi yang sangat merugikan. 

Keadaan ini menggambarkan bagaimana ketidaktahuan tentang konsep keuangan mendasar dapat membuat orang lebih rentan terhadap janji-janji keuntungan besar dalam waktu singkat, tanpa mempertimbangkan risiko yang sebenarnya terkait dengan skema semacam itu.

Salah satu faktor yang secara signifikan menyebabkan individu terjebak dalam skema Ponzi adalah kurangnya pemahaman tentang investasi. 

Orang yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang investasi cenderung tidak memahami dengan baik cara kerja investasi, risiko yang terkait, dan pentingnya melakukan riset sebelum melakukan investasi. 

Dalam banyak kasus termasuk kasus 'Rihana Rihani' ini, mereka tergoda oleh janji-janji keuntungan yang tinggi tanpa menyadari bahwa keuntungan semacam itu tidak realistis atau tidak didasarkan pada prinsip-prinsip investasi yang sehat. 

Tingkat pemahaman yang minim dalam hal ini membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi para penipu yang menjalankan skema Ponzi.

Rendahnya literasi keuangan juga berdampak pada kemampuan seseorang untuk mengenali tanda-tanda bahaya yang melekat dalam skema Ponzi. 

Orang yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang investasi mungkin tidak mampu mengidentifikasi karakteristik khas dari skema Ponzi, seperti janji-janji keuntungan tinggi dalam waktu singkat, ketergantungan pada perekrutan anggota baru, atau keterbatasan informasi yang tersedia. 

Mereka mungkin tidak menyadari bahwa skema semacam itu tidak berkelanjutan dan berpotensi merugikan. Ketidakpahaman ini membuat mereka menjadi mangsa yang mudah terperdaya oleh janji-janji palsu dan taktik manipulatif yang digunakan oleh pelaku skema Ponzi.

Selanjutnya, rendahnya literasi keuangan juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan analisis yang cermat terhadap perusahaan atau skema investasi yang ditawarkan. 

Tanpa pemahaman yang memadai tentang cara menganalisis prospek bisnis atau memeriksa keabsahan klaim yang dibuat oleh pelaku skema Ponzi, orang cenderung terjebak dalam penipuan ini. Mereka mungkin tidak dapat membedakan antara skema investasi yang sah dan skema Ponzi yang merugikan. 

Tingkat literasi keuangan yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu melihat melampaui janji-janji palsu dan tidak dapat mengidentifikasi tanda-tanda bahwa sesuatu tidak beres dalam skema tersebut.

Terakhir, keterbatasan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan pribadi juga berperan penting dalam membuat individu rentan terhadap penipuan investasi. 

Orang dengan literasi keuangan rendah mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang pengelolaan keuangan pribadi. 

Mereka mungkin tidak memiliki rencana keuangan yang baik, kurang disiplin dalam mengelola uang, atau tidak memiliki pengetahuan tentang investasi yang lebih aman dan berkelanjutan. 

Kekurangan pemahaman ini membuat mereka lebih cenderung terjebak dalam janji-janji keuntungan besar, dengan harapan bisa mengatasi masalah keuangan mereka, tanpa menyadari risiko yang terkait dengan skema Ponzi.

Untuk melindungi diri dari penipuan investasi, sangat penting bagi individu untuk meningkatkan literasi keuangan mereka. Peningkatan literasi keuangan melibatkan pemahaman yang komprehensif tentang konsep keuangan, investasi, risiko, dan pengelolaan keuangan. 

Dengan pemahaman yang baik tentang investasi dan risiko keuangan, seseorang dapat membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan mampu menghindari terjebak dalam skema Ponzi atau penipuan investasi lainnya.

Peningkatan literasi keuangan dapat dilakukan melalui berbagai cara. Individu dapat mengikuti pelatihan dan pendidikan keuangan, membaca buku atau sumber daya online tentang investasi dan pengelolaan keuangan, atau berkonsultasi dengan ahli keuangan yang dapat memberikan saran dan panduan yang tepat. 

Pemerintah, institusi keuangan, dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan keuangan yang lebih baik kepada masyarakat. 

Dengan literasi keuangan yang lebih tinggi, akan terjadi penurunan tingkat penipuan investasi dan masyarakat akan terlindungi dari kerugian finansial yang tidak perlu.

Secara keseluruhan, rendahnya literasi keuangan memainkan peran yang signifikan dalam membuat orang terjebak dalam skema Ponzi dan penipuan investasi lainnya. 

Kurangnya pemahaman tentang investasi, ketidakmampuan untuk mengidentifikasi tanda bahaya, ketidakmampuan untuk melakukan analisis yang cermat, dan keterbatasan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan pribadi semuanya merupakan konsekuensi dari rendahnya literasi keuangan. 

Oleh karena itu, meningkatkan literasi keuangan menjadi langkah yang sangat penting untuk melindungi diri sendiri dan masyarakat dari penipuan investasi, serta membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun