Salah satu faktor yang secara signifikan menyebabkan individu terjebak dalam skema Ponzi adalah kurangnya pemahaman tentang investasi.Â
Orang yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang investasi cenderung tidak memahami dengan baik cara kerja investasi, risiko yang terkait, dan pentingnya melakukan riset sebelum melakukan investasi.Â
Dalam banyak kasus termasuk kasus 'Rihana Rihani' ini, mereka tergoda oleh janji-janji keuntungan yang tinggi tanpa menyadari bahwa keuntungan semacam itu tidak realistis atau tidak didasarkan pada prinsip-prinsip investasi yang sehat.Â
Tingkat pemahaman yang minim dalam hal ini membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi para penipu yang menjalankan skema Ponzi.
Rendahnya literasi keuangan juga berdampak pada kemampuan seseorang untuk mengenali tanda-tanda bahaya yang melekat dalam skema Ponzi.Â
Orang yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang investasi mungkin tidak mampu mengidentifikasi karakteristik khas dari skema Ponzi, seperti janji-janji keuntungan tinggi dalam waktu singkat, ketergantungan pada perekrutan anggota baru, atau keterbatasan informasi yang tersedia.Â
Mereka mungkin tidak menyadari bahwa skema semacam itu tidak berkelanjutan dan berpotensi merugikan. Ketidakpahaman ini membuat mereka menjadi mangsa yang mudah terperdaya oleh janji-janji palsu dan taktik manipulatif yang digunakan oleh pelaku skema Ponzi.
Selanjutnya, rendahnya literasi keuangan juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan analisis yang cermat terhadap perusahaan atau skema investasi yang ditawarkan.Â
Tanpa pemahaman yang memadai tentang cara menganalisis prospek bisnis atau memeriksa keabsahan klaim yang dibuat oleh pelaku skema Ponzi, orang cenderung terjebak dalam penipuan ini. Mereka mungkin tidak dapat membedakan antara skema investasi yang sah dan skema Ponzi yang merugikan.Â
Tingkat literasi keuangan yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu melihat melampaui janji-janji palsu dan tidak dapat mengidentifikasi tanda-tanda bahwa sesuatu tidak beres dalam skema tersebut.
Terakhir, keterbatasan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan pribadi juga berperan penting dalam membuat individu rentan terhadap penipuan investasi.Â