Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Kimia

Ketua Perkumpulan Pendidik Sains Kimia Indonesia (PPSKI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajadah Panjang Masjid Kami

15 Oktober 2021   19:52 Diperbarui: 16 Oktober 2021   05:05 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu lantunan selawat tarhim sudah mendekati bagian akhirnya, tanda bahwa kami harus siap-siap. Seperti biasa aku dan Pak Arif berbagi tugas, aku bagian memukul bedug, sementara Pak Arif bagian yang mengumandangkan azan.

***

Masih segar di ingatanku kejadian di waktu menjelang maghrib seperti sore ini dua tahun yang lalu. Setelah satu minggu aku dinas luar, sore itu aku kembali berjamaah di masjid kampung Teratai. Selepas salat Maghrib dan zikir, seperti biasa aku langsung pulang. Saat di teras masjid aku berpapasan dengan Pak Arif. 

"Pak, aku kok nggak lihat Bang Harli dan Pak Zudi ya..." tanyaku ke Pak Arif.

"Sudah tiga hari ini mereka memang nggak datang berjamaah ke masjid, dengar-dengar mereka pindah berjamaah ke masjid kampung sebelah", jelas Pak Arif.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
"Gara-gara sajadah dan tanda silang di lantai masjid kita itu ya?".

"Sepertinya begitu... karena tiga hari yang lalu ketika saya dapat instruksi dari pak ketua untuk menggulung semua sajadah dan memasang tanda silang di lantai, mereka berdua protes ke aku. Lalu aku jelaskan lah bahwa aku hanya melaksanakan tugas dari pak ketua. Mungkin karena merasa tidak puas dengan penjelasanku, setelah salat Maghrib mereka mendatangi pak ketua. Saya sempat melihat mereka sedikit bersitegang tentang hal itu. Semenjak kejadian sore itu sudah tidak terlihat lagi batang hidung keduanya".

"Pantesan... tadi sebelum azan aku lihat Bang Harli naik motor ke arah kampung sebelah, aku pikir mau ke mana...? biasanya kan beliau hanya jalan kaki saja kalau mau ke masjid".

Sudah hampir satu minggu ini, pemerintah meminta semua masjid dan musala untuk mendukung pemutusan mata rantai penyebaran virus corona di Indonesia. Selain melarang penggunaan sajadah bersama dan pemberian jarak pada shaf salat, pemerintah juga melarang wudu di masjid, dan mewajibkan pemakaian masker bagi semua jamaah. Masjid kami karena kebanyakan pengurusnya adalah pegawai pemerintah daerah, maka taat dengan anjuran pemerintah ini. Tetapi dari beberapa kawan yang tinggal di kampung berbeda, aku dengar masih ada masjid yang abai dengan anjuran pemerintah tentang pengaturan jarak ini.

Bang Harli dan Pak Zudi memang sepengetahuan aku tergolong orang yang taat akan aturan agama. Seringkali aku ngobrol dengan mereka tentang pemahaman mereka mengenai hal-hal tertentu yang tidak sama dengan kebanyakan jamaah di masjid kami. Jadi kuat dugaanku kalau mereka pindah ke masjid lain karena menurut mereka hal yang diterapkan di masjid kami ini tidak sesuai dengan pemahaman yang mereka pelajari.

Kurang lebih setelah dua tahun dari kejadian itu, di mana pemerintah menilai penyebaran virus corona sudah mulai terkendali, masjid sudah diperkenankan kembali menggelar sajadah panjang untuk digunakan bersama. Hanya saja untuk pemakaian masker masih diwajibkan. Jadi sekarang jamaah sudah boleh membentuk barisan shaf yang rapat seperti dulu lagi. Kalau tidak salah ini hanya berlaku di daerah yang berada di level satu saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Sementara untuk yang berada pada level di atas itu, tetap masih harus menerapkan pelarangan yang sudah berjalan dua tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun