Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Kimia

Ketua Perkumpulan Pendidik Sains Kimia Indonesia (PPSKI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajadah Panjang Masjid Kami

15 Oktober 2021   19:52 Diperbarui: 16 Oktober 2021   05:05 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore menjelang maghrib aku bergegas menuju masjid di kampung Teratai. Suasana kampung sudah mulai sepi, anak-anak sudah tidak terlihat lagi bermain di luar rumah. Kendaraan yang berlalu lalang juga sudah mulai jarang, paling hanya satu dua sepeda motor saja yang melintas. Masjid itu hanya seratus meter dari rumahku, jadi cukup bagiku berjalan kaki dari rumah ke masjid. Aku ditemani anak laki-lakiku satu-satunya, karena dua kakaknya adalah perempuan. Dia sudah sejak dari kelas satu hingga sekarang kelas lima Sekolah Dasar aku biasakan salat berjamaah di masjid. 

Saat tiba di teras masjid, terlihat Pak Arif sedang menyapu lantai masjid. Sementara suara selawat tarhim terdengar dari pengeras suara masjid. Pak Arif adalah pengurus masjid yang tugasnya menjaga kebersihan masjid. Umurnya kurang lebih 60 tahunan. Tapi badan beliau masih terlihat bugar. Karena memang sepengetahuanku Pak Arif ini orangnya tidak bisa diam, selalu ada saja yang dikerjakannya. Belum pernah aku melihat beliau duduk-duduk santai tanpa melakukan aktivitas apapun. Keseharian beliau bekerja sebagai penjaga sekolah yang letaknya tidak jauh dari masjid.

"Assalamualaikum....", ucapku memberi salam.

"Wa'alaikum salam warahmatullah....", jawab Pak Arif membalas salamku.

Langsung aku menuju ruang utama masjid untuk salat sunah tahiyatul masjid. Belum sempat aku mengangkat takbir, tiba-tiba mataku tertuju ke lantai masjid. Pemandangan yang tidak biasa aku lihat hampir dua tahun ini. Semenjak virus corona hadir menyambangi kampung kami kurang lebih dua tahun lalu, lantai masjid dibiarkan tanpa sajadah. Tapi sore ini, sajadah panjang dan tebal berwarna biru tua itu sudah terkembang seperti dulu lagi.

Setelah salat dua rakaat selesai, langsung aku cari Pak Arif. Aku lihat beliau sudah selesai menyapu lantai di bagian teras masjid. Aku benar-benar penasaran soal sajadah panjang yang sudah terhampar kembali ini.

"Pak Arif... memang masjid kita sudah boleh pakai sajadah masjid kembali?", tanyaku.

"Sudah... tadi siang aku di telpon ketua de ka em, kata beliau sajadah sudah bisa pakai lagi. Pemerintah sudah mengizinkan masjid di daerah kita untuk menggunakan sajadah bersama dan sekarang pun shaf salat sudah boleh rapat seperti dulu lagi".

"Alhamdulillah.... Syukurlah kalau memang begitu, memang aku baca dari berita online yang beredar, daerah kita sudah berada di level satu pe pe ka em nya. Terus masalah pemakaian masker gimana kata pak ketua de ka em?".

"Kalau masalah pemakaian masker, jamaah masih harus tetap menggunakannya. Kata pak ketua, pemerintah masih menerapkan kewajiban pemakaian masker bagi semua jamaah, ya... menurut saya mengapa begitu karena kita tidak dapat memastikan ada tidaknya virus corona di sekitar kita".

"Iya benar pak...  Jangan sampai kelonggaran ini membuat kita abai. Mudah mudahan jamaah kita banyak lagi seperti dulu lagi pak ya...".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun