Kedua, Â Â Â Â Â Â ketersediaan perangkat digital yang terbatas; di sekolah-sekolah yang kurang mampu dan daerah pedesaan, siswa mungkin tidak memiliki akses ke komputer pribadi, laptop, atau tablet, sehingga membatasi kesempatan mereka untuk belajar secara digital.
Ketiga,       rendahnya    tingkat literasi digital; masyarakat pedesaan seringkali     tidak memiliki keterampilan       yang   cukup untuk menggunakan internet dan mengakses informasi secara online.
Keempat,     keterbatasan finansial dan ekonomi; penduduk di wilayah pedesaan seringkali memiliki pendapatan    yang   lebih   rendah, menyebabkan mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli perangkat TIK atau membayar biaya akses internet.
Terakhir, kurangnya dukungan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur TIK dan pelatihan bagi penduduk di wilayah pedesaan memperparah kesenjangan digital ini. Faktor-faktor ini secara kolektif menyebabkan perbedaan signifikan dalam akses dan pemanfaatan teknologi antara sekolah di perkotaan dan pedesaan di
Indonesia.Â
TIK juga menjadi elemen penting dalam isu ketidaksetaraan dalam dunia pendidikan karena jika komputer dan internet penyebarannya merata dan digunakan dengan baik maka akan menjadi alat meningkatkan pembelajaran bari pelajar yang status sosial ekomominya rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas (2008) menemukan fakta bahwa anak-anak yang hidup pada tingkat sosial ekonomi rendah tidak mempunyai akses yang sama terhadap komputer dan internet jika dibandingkan dengan pelajar yang status sosial ekonominya lebih tinggi. Selain pada akses, perbedaan lainnya ada pada penggunaan komputer dan internet juga keterampilan dalam menggunakannya.Â
Ada beberapa solusi yang akan      mengatasi     masalah-masalah kompleks   ini     :Â
Pengadaan Akses Internet: Ekspansi jaringan ke wilayah terpencil dengan dukungan dari pemerintah, seperti pembangunan infrastruktur serat optik.
Penyediaan alat teknologi : Menyediakan dukungan komputer, laptop ke sekola-sekolah di pedesaan. Penggunaan energi alternatif : Memanfaatkan energi matahari sebagai pemasokan daya listrik untuk mendukung infrastruktur teknologi. Bimbingan daring : Program ini pengajar dari kota yang lebih terampil dalam teknologi.
Platform Lokal : Menciptakan aplikasi yang ditujukan untuk wilayah dengan akses internet yang terbatas. Â Sosialisasi kepada masyarakat : Mendidik masayarakat desa mengenai kebutuhan teknologi dalam dunia pendidikan.
Distribusi anggaran yang setara : Membagikan dana pendidikan dengan lebih seimbang untuk mengurangi perbedaan.