Abstrak: Kesenjangan digital merujuk pada perbedaan dalam akses dan kemampuan individu atau kelompok untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang dipengaruhi oleh aspek sosial-ekonomi, kondisi geografis, dan keterbatasan fisik. Di Indonesia, perbedaan ini tampak jelas antara sekolahsekolah yang ada di kota dan di desa, di mana banyak sekolah di desa yang masih kekurangan akses internet yang cukup, perangkat teknologi, serta literasi digital yang memadai. Dampak ini berpengaruh buruk terhadap kualitas pendidikan dan peluang siswa di daerah rural untuk bersaing di era digital. Artikel ini mengeksplorasi penyebab terjadinya kesenjangan digital, mencakup kurangnya infrastruktur TIK, rendahnya tingkat literasi digital, dan kendala ekonomi, serta memberikan solusi yang melibatkan pembangunan infrastruktur internet, peningkatan literasi digital, distribusi anggaran pendidikan yang adil, dan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal. Pendekatan menyeluruh ini diharapkan bisa mengurangi kesenjangan digital dan menghasilkan pendidikan yang lebih adil serta mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif secara global.
Kata Kunci: Kesenjangan digital, Pendidikan, Infrastruktur teknologiÂ
Abstract: Digital divide refers to the disparity in access and ability of individuals or groups to utilize information and communication technology (ICT), influenced by socio-economic factors, geographical conditions, and physical limitations. In Indonesia, this divide is evident between urban and rural schools, where many rural schools still lack sufficient internet access, technological devices, and adequate digital literacy. This gap adversely affects the quality of education and limits rural students' opportunities to compete in the digital era. This article explores the causes of the digital divide, including the lack of ICT infrastructure, low levels of digital literacy, and economic constraints. It also offers solutions such as improving internet infrastructure, enhancing digital literacy, equitable distribution of educational budgets, and fostering collaboration between the government, private sector, and local communities. This comprehensive approach is expected to reduce the digital divide, promote fairer education, and support the development of globally competitive human resources.Â
Keywords: Digital divide, Education, Technological infrastructureÂ
Pendahuluan
Kesenjangan digital merujuk pada perbedaan akses dan kemampuan individu atau kelompok dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Penyebab utama kesenjangan ini meliputi faktor sosial-ekonomi, geografis, pendidikan, generasi, dan keterbatasan fisik. Selain itu, ketidakmerataan akses ke infrastruktur teknologi seperti komputer dan internet turut memperparah situasi ini (Fourie & Bothma, 2006).
Perkembangan       teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan, mempengaruhi cara siswa dan guru mengakses     informasi     serta berinteraksi. Namun, tidak semua institusi pendidikan merasakan manfaat kemajuan ini secara merata. Sekolah-sekolah di perkotaan umumnya memiliki akses lebih baik terhadap teknologi digital, dengan infrastruktur internet yang memadai dan perangkat pembelajaran modern. Sebaliknya, sekolah-sekolah di pedesaan masih menghadapi berbagai kendala, seperti keterbatasan akses internet, minimnya perangkat teknologi, dan kurangnya pelatihan bagi guru.
Data   dari    Kementerian Pendidikan     dan    Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa terdapat 42.159 sekolah di Indonesia yang belum memiliki akses internet, dan 8.522 sekolah belum teraliri listrik, yang merupakan prasyarat dasar untuk akses teknologi. Selain itu, menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2023, penetrasi internet di daerah perkotaan mencapai lebih dari 70%, sementara di daerah pedesaan hanya sekitar 45%. Kesenjangan ini diperparah oleh rendahnya tingkat literasi digital di wilayah pedesaan, yang menghambat pemanfaatan teknologi secara optimal dalam proses pembelajaran.
Kesenjangan digital ini tidak hanya berdampak pada kualitas pendidikan, tetapi juga memperlebar jurang kesempatan bagi siswa di daerah pedesaan untuk bersaing di era digital. Oleh karena itu, Penulis bermaksud untuk menganalisis kondisi kesenjangan digital serta solusi yang telah diterapkan baik oleh individu maupun pemerintah di
Indonesia hingga saat ini. Hasil dan PembahasanÂ
Kesenjangan digital antara sekolah di perkotaan dan pedesaan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang tidak merata; banyak daerah pedesaan belum memiliki akses internet yang memadai, menghambat siswa dan guru dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran (San Mikael Sinambela et al., 2024).Â
Kedua, Â Â Â Â Â Â ketersediaan perangkat digital yang terbatas; di sekolah-sekolah yang kurang mampu dan daerah pedesaan, siswa mungkin tidak memiliki akses ke komputer pribadi, laptop, atau tablet, sehingga membatasi kesempatan mereka untuk belajar secara digital.
Ketiga,       rendahnya    tingkat literasi digital; masyarakat pedesaan seringkali     tidak memiliki keterampilan       yang   cukup untuk menggunakan internet dan mengakses informasi secara online.
Keempat,     keterbatasan finansial dan ekonomi; penduduk di wilayah pedesaan seringkali memiliki pendapatan    yang   lebih   rendah, menyebabkan mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli perangkat TIK atau membayar biaya akses internet.
Terakhir, kurangnya dukungan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur TIK dan pelatihan bagi penduduk di wilayah pedesaan memperparah kesenjangan digital ini. Faktor-faktor ini secara kolektif menyebabkan perbedaan signifikan dalam akses dan pemanfaatan teknologi antara sekolah di perkotaan dan pedesaan di
Indonesia.Â
TIK juga menjadi elemen penting dalam isu ketidaksetaraan dalam dunia pendidikan karena jika komputer dan internet penyebarannya merata dan digunakan dengan baik maka akan menjadi alat meningkatkan pembelajaran bari pelajar yang status sosial ekomominya rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas (2008) menemukan fakta bahwa anak-anak yang hidup pada tingkat sosial ekonomi rendah tidak mempunyai akses yang sama terhadap komputer dan internet jika dibandingkan dengan pelajar yang status sosial ekonominya lebih tinggi. Selain pada akses, perbedaan lainnya ada pada penggunaan komputer dan internet juga keterampilan dalam menggunakannya.Â
Ada beberapa solusi yang akan      mengatasi     masalah-masalah kompleks   ini     :Â
Pengadaan Akses Internet: Ekspansi jaringan ke wilayah terpencil dengan dukungan dari pemerintah, seperti pembangunan infrastruktur serat optik.
Penyediaan alat teknologi : Menyediakan dukungan komputer, laptop ke sekola-sekolah di pedesaan. Penggunaan energi alternatif : Memanfaatkan energi matahari sebagai pemasokan daya listrik untuk mendukung infrastruktur teknologi. Bimbingan daring : Program ini pengajar dari kota yang lebih terampil dalam teknologi.
Platform Lokal : Menciptakan aplikasi yang ditujukan untuk wilayah dengan akses internet yang terbatas. Â Sosialisasi kepada masyarakat : Mendidik masayarakat desa mengenai kebutuhan teknologi dalam dunia pendidikan.
Distribusi anggaran yang setara : Membagikan dana pendidikan dengan lebih seimbang untuk mengurangi perbedaan.
Kemitraan              masyarakat:
Meningkatkan peran komunitas setempat dalam menjaga dan menggunakan teknologi.
Simpulan
Akses internet di Indonesia semakin meluas hingga pelosok, tetapi kestabilan jaringan belum memadai, dan biaya akses masih tinggi, terutama di daerah pedesaan. Kesenjangan digital adalah masalah kompleks yang melibatkan berbagai dimensi, termasuk akses material, keterampilan, keahlian, dan hasil pemanfaatan internet. Saat ini, lebih banyak orang menggunakan internet seluler untuk hiburan daripada mencari informasi, sehingga daya saing digital tetap rendah.
 Meskipun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga, pandemi telah mempercepat penyebarannya, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Namun, ketimpangan pemanfaatan internet masih terlihat, terutama di kalangan digital native di pedesaan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam meningkatkan keterampilan digital di seluruh Indonesia.
 Pendekatan menyeluruh diperlukan, meliputi peningkatan infrastruktur digital, pelatihan literasi digital untuk guru, dan pengembangan konten pendidikan yang relevan dan mudah diakses. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, institusi pendidikan, dan masyarakat lokal sangat penting untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Dengan komitmen bersama, kesenjangan digital dapat diperkecil, sekaligus menjadi peluang untuk menciptakan transformasi pendidikan yang lebih adil dan mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif di era global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H