Mohon tunggu...
syahmardi yacob
syahmardi yacob Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi

Prof. Dr. Syahmardi Yacob, Guru Besar Manajemen Pemasaran di Universitas Jambi, memiliki passion yang mendalam dalam dunia akademik dan penelitian, khususnya di bidang strategi pemasaran, pemasaran pariwisata, pemasaran ritel, politik pemasaran, serta pemasaran di sektor pendidikan tinggi. Selain itu, beliau juga seorang penulis aktif yang tertarik menyajikan wawasan pemasaran strategis melalui tulisan beberapa media online di grup jawa pos Kepribadian beliau yang penuh semangat dan dedikasi tercermin dalam hobinya yang beragam, seperti menulis, membaca, dan bermain tenis. Menulis menjadi sarana untuk menyampaikan ide-ide segar dan relevan di dunia pemasaran, baik dari perspektif teoritis maupun aplikatif. Gaya beliau yang fokus, informatif, dan tajam dalam menganalisis isu-isu pemasaran menjadikan tulisannya memiliki nilai tambah yang kuat, khususnya dalam memberikan pencerahan dan solusi praktis di ranah pemasaran Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cagar Budaya di Mata Gen Z: Peduli atau Lari dari Tanggung Jawab?

11 Desember 2024   14:42 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:42 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengintegrasikan Cagar Budaya dalam Kehidupan Modern

Selain teknologi dan seni, cagar budaya juga dapat diintegrasikan ke dalam gaya hidup modern melalui desain produk dan arsitektur. Misalnya, motif-motif dari kain tradisional seperti songket atau batik kini banyak digunakan dalam desain pakaian modern, aksesori, hingga interior rumah. Menurut survei Asosiasi Desainer Indonesia (2022), 70% desainer muda terinspirasi oleh motif-motif tradisional untuk menciptakan karya yang dapat diterima pasar modern.

Sementara itu, dalam bidang arsitektur, beberapa hotel dan restoran telah mengadaptasi desain tradisional seperti rumah joglo atau tongkonan untuk menciptakan suasana otentik yang tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Upaya ini tidak hanya menjaga keberadaan elemen budaya, tetapi juga membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya.

Dampak terhadap Kesadaran Generasi Muda

Upaya untuk menghubungkan cagar budaya dengan dunia modern memiliki dampak positif terhadap kesadaran generasi muda. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) pada 2022, 65% generasi muda merasa lebih tertarik untuk mempelajari sejarah setelah mengakses cagar budaya melalui platform digital. Angka ini menunjukkan bahwa inovasi digital dan kreatif dapat menjadi jembatan efektif dalam memperkenalkan cagar budaya kepada Gen Z.

Namun, penting untuk memastikan bahwa upaya ini tidak mengurangi esensi nilai budaya yang ingin disampaikan. Edukasi tetap harus menjadi bagian integral dari pendekatan ini, sehingga generasi muda tidak hanya menikmati pengalaman yang ditawarkan, tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Menghubungkan cagar budaya dengan dunia modern adalah langkah penting untuk memastikan keberlanjutan warisan budaya di era digital. Dengan memanfaatkan teknologi, mendorong kolaborasi seni dan komunitas lokal, serta mengintegrasikan elemen budaya ke dalam gaya hidup modern, cagar budaya dapat tetap hidup dan relevan. Gen Z, dengan kreativitas dan keterampilan digital mereka, memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam menjembatani masa lalu dan masa depan.

Kesimpulan

Cagar budaya adalah warisan tak ternilai yang menjadi identitas, sejarah, dan jati diri bangsa. Sebagai simbol perjalanan panjang peradaban, cagar budaya tidak hanya menyimpan nilai-nilai sejarah, tetapi juga mengajarkan pentingnya menghargai dan melestarikan warisan leluhur. Namun, pelestarian cagar budaya menghadapi tantangan besar di era modern, terutama di tengah generasi muda seperti Gen Z yang hidup dalam arus teknologi dan globalisasi.

Gen Z memiliki peran dan tanggung jawab penting dalam pelestarian cagar budaya. Dengan kemampuan mereka dalam mengolah teknologi dan kreativitas, mereka dapat membawa inovasi yang menghubungkan cagar budaya dengan dunia modern. Teknologi seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan media sosial dapat digunakan untuk memperkenalkan cagar budaya dengan cara yang lebih menarik dan relevan. Kolaborasi antara pelaku seni, komunitas lokal, dan kreator konten juga menjadi solusi untuk menghidupkan kembali minat terhadap situs-situs budaya.

Namun, peran ini harus diiringi dengan tanggung jawab. Kesadaran akan pentingnya cagar budaya sebagai warisan kolektif menjadi langkah awal yang krusial. Generasi muda harus memahami bahwa pelestarian bukan hanya tugas pemerintah, tetapi kewajiban bersama yang melibatkan semua elemen masyarakat. Edukasi, baik formal maupun informal, menjadi bagian integral dari upaya ini. Gen Z tidak hanya perlu menjadi penikmat, tetapi juga pelindung dan penerus semangat pelestarian kepada generasi berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun