Tanggung Jawab: Menjaga, Menghargai, dan Mewariskan
Namun, peran saja tidak cukup. Gen Z juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan menghargai cagar budaya. Tanggung jawab ini dimulai dari kesadaran akan pentingnya cagar budaya sebagai warisan kolektif. Generasi muda harus memahami bahwa pelestarian cagar budaya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga kewajiban bersama.
Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2022), hanya 30% situs cagar budaya di Indonesia yang mendapatkan perlindungan secara memadai, baik dalam bentuk perawatan rutin maupun pengawasan dari pihak berwenang. Ini menunjukkan bahwa pelestarian cagar budaya masih menghadapi tantangan besar, terutama dari segi keterlibatan masyarakat. Peran Gen Z menjadi penting untuk mengisi celah ini, terutama karena jumlah mereka yang besar, mencapai sekitar 27% dari total populasi Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2021.
Pentingnya Kesadaran Kolektif
Kesadaran kolektif adalah langkah awal yang krusial dalam pelestarian cagar budaya. Generasi muda harus memahami bahwa setiap situs cagar budaya adalah representasi dari sejarah panjang bangsa yang mengandung pelajaran berharga. Tanpa kesadaran ini, cagar budaya rentan terhadap ancaman, seperti vandalisme, kerusakan akibat kurangnya perawatan, atau bahkan pengalihan fungsi. Laporan World Monuments Fund (2021) mencatat bahwa lebih dari 10% situs budaya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami kerusakan akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap nilai sejarahnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran adalah melalui kampanye pendidikan. Sekolah dan universitas dapat memasukkan topik tentang cagar budaya ke dalam kurikulum. Program seperti "Belajar dari Situs" yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah telah menunjukkan hasil positif. Program ini melibatkan siswa dalam kegiatan kunjungan ke situs cagar budaya dengan panduan edukasi, sehingga mereka tidak hanya melihat, tetapi juga memahami nilai yang terkandung dalam situs tersebut.
Peran Edukasi dalam Pelestarian
Tanggung jawab ini juga melibatkan edukasi, baik formal maupun informal. Edukasi formal dapat dilakukan melalui penyelenggaraan seminar, lokakarya, atau diskusi yang melibatkan generasi muda. Di sisi lain, edukasi informal dapat dilakukan melalui media sosial atau komunitas pelestarian budaya. Salah satu contohnya adalah komunitas "Heritage Society Indonesia" yang aktif mempromosikan pentingnya cagar budaya melalui konten digital yang ringan namun informatif. Konten seperti ini memungkinkan generasi muda untuk belajar secara mandiri tanpa merasa terbebani.
Menurut survei UNESCO pada 2021, pelibatan generasi muda dalam edukasi berbasis cagar budaya meningkatkan pemahaman mereka terhadap pentingnya pelestarian hingga 40%. Ini membuktikan bahwa pendekatan edukatif yang efektif dapat mengubah cara pandang Gen Z, dari sekadar penikmat menjadi pelindung warisan budaya.
Mewariskan Semangat Pelestarian
Tanggung jawab Gen Z tidak berhenti pada dirinya sendiri. Mereka juga harus mampu mewariskan semangat pelestarian kepada generasi berikutnya. Warisan ini tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk nilai dan kesadaran. Sebagai contoh, program "Sahabat Cagar Budaya" yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan melibatkan anak-anak muda dalam pelestarian cagar budaya melalui pelatihan dan bimbingan. Peserta program ini diharapkan menjadi duta budaya yang menyebarkan nilai-nilai pelestarian kepada lingkungannya.