Mohon tunggu...
syahmardi yacob
syahmardi yacob Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi

Prof. Dr. Syahmardi Yacob, Guru Besar Manajemen Pemasaran di Universitas Jambi, memiliki passion yang mendalam dalam dunia akademik dan penelitian, khususnya di bidang strategi pemasaran, pemasaran pariwisata, pemasaran ritel, politik pemasaran, serta pemasaran di sektor pendidikan tinggi. Selain itu, beliau juga seorang penulis aktif yang tertarik menyajikan wawasan pemasaran strategis melalui tulisan beberapa media online di grup jawa pos Kepribadian beliau yang penuh semangat dan dedikasi tercermin dalam hobinya yang beragam, seperti menulis, membaca, dan bermain tenis. Menulis menjadi sarana untuk menyampaikan ide-ide segar dan relevan di dunia pemasaran, baik dari perspektif teoritis maupun aplikatif. Gaya beliau yang fokus, informatif, dan tajam dalam menganalisis isu-isu pemasaran menjadikan tulisannya memiliki nilai tambah yang kuat, khususnya dalam memberikan pencerahan dan solusi praktis di ranah pemasaran Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cagar Budaya di Mata Gen Z: Peduli atau Lari dari Tanggung Jawab?

11 Desember 2024   14:42 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:42 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggung Jawab: Menjaga, Menghargai, dan Mewariskan

Namun, peran saja tidak cukup. Gen Z juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan menghargai cagar budaya. Tanggung jawab ini dimulai dari kesadaran akan pentingnya cagar budaya sebagai warisan kolektif. Generasi muda harus memahami bahwa pelestarian cagar budaya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga kewajiban bersama.

Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2022), hanya 30% situs cagar budaya di Indonesia yang mendapatkan perlindungan secara memadai, baik dalam bentuk perawatan rutin maupun pengawasan dari pihak berwenang. Ini menunjukkan bahwa pelestarian cagar budaya masih menghadapi tantangan besar, terutama dari segi keterlibatan masyarakat. Peran Gen Z menjadi penting untuk mengisi celah ini, terutama karena jumlah mereka yang besar, mencapai sekitar 27% dari total populasi Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2021.

Pentingnya Kesadaran Kolektif

Kesadaran kolektif adalah langkah awal yang krusial dalam pelestarian cagar budaya. Generasi muda harus memahami bahwa setiap situs cagar budaya adalah representasi dari sejarah panjang bangsa yang mengandung pelajaran berharga. Tanpa kesadaran ini, cagar budaya rentan terhadap ancaman, seperti vandalisme, kerusakan akibat kurangnya perawatan, atau bahkan pengalihan fungsi. Laporan World Monuments Fund (2021) mencatat bahwa lebih dari 10% situs budaya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami kerusakan akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap nilai sejarahnya.

Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran adalah melalui kampanye pendidikan. Sekolah dan universitas dapat memasukkan topik tentang cagar budaya ke dalam kurikulum. Program seperti "Belajar dari Situs" yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah telah menunjukkan hasil positif. Program ini melibatkan siswa dalam kegiatan kunjungan ke situs cagar budaya dengan panduan edukasi, sehingga mereka tidak hanya melihat, tetapi juga memahami nilai yang terkandung dalam situs tersebut.

Peran Edukasi dalam Pelestarian

Tanggung jawab ini juga melibatkan edukasi, baik formal maupun informal. Edukasi formal dapat dilakukan melalui penyelenggaraan seminar, lokakarya, atau diskusi yang melibatkan generasi muda. Di sisi lain, edukasi informal dapat dilakukan melalui media sosial atau komunitas pelestarian budaya. Salah satu contohnya adalah komunitas "Heritage Society Indonesia" yang aktif mempromosikan pentingnya cagar budaya melalui konten digital yang ringan namun informatif. Konten seperti ini memungkinkan generasi muda untuk belajar secara mandiri tanpa merasa terbebani.

Menurut survei UNESCO pada 2021, pelibatan generasi muda dalam edukasi berbasis cagar budaya meningkatkan pemahaman mereka terhadap pentingnya pelestarian hingga 40%. Ini membuktikan bahwa pendekatan edukatif yang efektif dapat mengubah cara pandang Gen Z, dari sekadar penikmat menjadi pelindung warisan budaya.

Mewariskan Semangat Pelestarian

Tanggung jawab Gen Z tidak berhenti pada dirinya sendiri. Mereka juga harus mampu mewariskan semangat pelestarian kepada generasi berikutnya. Warisan ini tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk nilai dan kesadaran. Sebagai contoh, program "Sahabat Cagar Budaya" yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan melibatkan anak-anak muda dalam pelestarian cagar budaya melalui pelatihan dan bimbingan. Peserta program ini diharapkan menjadi duta budaya yang menyebarkan nilai-nilai pelestarian kepada lingkungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun