Berdasarkan data BPS (2024), inflasi Indonesia hingga Agustus telah mencapai 4,7%, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang berada di sekitar 3,5%. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh harga barang impor yang lebih mahal dan kenaikan harga pangan. Sebuah studi dari Economic Modelling oleh Fanelli et al. (2022) menemukan bahwa inflasi berdampak langsung pada perilaku konsumen, yang cenderung mengurangi pembelian produk-produk tidak esensial selama periode inflasi tinggi.
4. Potensi Peningkatan Pajak atau Pungutan Tambahan
Untuk menutupi defisit, pemerintah mungkin mempertimbangkan kebijakan pajak baru atau peningkatan tarif pajak yang ada. Peningkatan pajak akan menambah beban operasional bisnis, terutama di sektor-sektor yang sudah menghadapi tantangan biaya produksi yang tinggi.
Studi oleh Anderson dan Winters (2019) dalam Journal of Economic Perspectives menyebutkan bahwa peningkatan pajak korporasi dapat mengurangi daya saing perusahaan, terutama dalam industri yang padat modal. Dengan meningkatnya tekanan fiskal, bisnis di Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan beban pajak tambahan yang akan mempengaruhi profitabilitas mereka.
5. Pengurangan Anggaran untuk Subsidi dan Insentif
Ketika defisit meningkat, pemerintah sering kali melakukan pengurangan anggaran pada sektor-sektor tertentu, termasuk subsidi dan insentif bisnis. Ini akan berdampak pada sektor-sektor yang selama ini sangat bergantung pada subsidi, seperti sektor pertanian dan energi terbarukan. Tanpa dukungan pemerintah, biaya produksi meningkat dan bisnis harus mencari cara untuk meningkatkan efisiensi atau menanggung biaya tambahan.
Strategi Mitigasi bagi Pelaku Usaha di Tahun 2025
Dalam menghadapi tantangan ini, pelaku usaha perlu mengadopsi strategi mitigasi sebagai berikut:
- Diversifikasi Pasar dan Sumber Bahan Baku
Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, perusahaan perlu mempertimbangkan sumber bahan baku lokal atau diversifikasi pasar. Studi dari Choi dan Yan (2021) dalam Journal of Operations Management menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan diversifikasi rantai pasok memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fluktuasi harga global. Mengadopsi strategi ini juga membantu mengurangi eksposur terhadap fluktuasi nilai tukar.
- Efisiensi Operasional dan Pengelolaan Arus Kas yang Lebih Ketat
Menjaga arus kas yang sehat sangat penting dalam kondisi suku bunga tinggi. Digitalisasi dan otomatisasi dalam proses operasional dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas. Menurut McKinsey (2023), digitalisasi operasional dapat meningkatkan efisiensi hingga 30%, yang menjadi solusi bagi perusahaan dalam menekan biaya.
- Pengelolaan Risiko Nilai Tukar melalui Hedging
Perusahaan yang sangat bergantung pada impor dapat mempertimbangkan strategi hedging untuk melindungi dari risiko nilai tukar. Instrumen seperti kontrak forward dan opsi mata uang dapat membantu menjaga stabilitas biaya dan melindungi margin keuntungan.
- Memanfaatkan Insentif yang Masih Tersedia