Mohon tunggu...
Syahlum Laila Soraya
Syahlum Laila Soraya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

selalu belajar dan berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyibak Nuansa Politik: Diplomasi dan Hubungan Internasional dalam Perspektif Islam

17 Juni 2024   21:00 Diperbarui: 17 Juni 2024   21:02 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
by syahlum laila soraya.umy

Islam sebagai sebuah agama yang komprehensif tidak selalu berbicara tentang sektor ibadah dan aqidah, tetapi berbicara tentang varian sektor lain salah satunya adalah hubungan suatu negara dengan negara lain. Islam memberikan fondasi global ideal tentang hubungan bilateral maupun multilateral yaitu al 'adalah al 'alamiyyah (keadilan universal) dan juga memprioritaskan al silm (damai). Islam merupakan agama damai yang dapat memberi kedamaian terhadap pemeluknya dan masyarakat global. Pokok hubungan internasional dalam Islam adalah damai bukan konflik (peperangan). 

Kedamaian sebagai pokok utama dan paling utama dalam hubungan antar negara akan dapat membangun komunikasi yang baik, saling bantu-membantu, dan menciptakan solusi. Karena asas cinta damai tersebut kemudian muncul konsep diplomasi yang diperlihatkan dalam islam sejak era Rasulullah SAW. Praktek diplomasinya dimulai dengan prinsip negosiasi dan mengirim utusan-utusan ke tempat atau wilayah yang bersangkutan baik itu untuk melakukan perjanjian atau melakukan kerjasama atau menyebar luaskan ajaran islam dan lain sebagainya. 

Hal ini dapat dikatakan sebagai jihad dijalan Allah SWT, dimana bentuk jihad untuk menyebarkan ajaran islam dan segala kebaikannya tidak harus selalu dengan perang. Islam sejatinya sudah menjelaskan banyak hal dalam Al-Qur'an dan Hadist, terkait teknik, metode dan cara yang baik dalam melakukan negosiasi dan diplomasi. Jika kita menelaah berbagai ayat Al-Qur'an dan Hadist, maka sebenarnya diplomasi sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW. Hal itu juga dibuktikan melalui berbagai pemikiran hingga tindakan yang Nabi Muhammad SAW lakukan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Tidak menyertakan sikap hipokrit dan manipulatif, Nabi Muhammad SAW mampu menyelesaikan banyak hal dengan baik.

Menerapkan diplomasi sesuai dengan perspektif Islam merupakan cara ampuh dan efektif, penyelesaian masalah tanpa masalah karena segala proses diplomasi dilakukan secara terbuka, transparan, adil, sama rata dan tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga pihak lain dan alam semesta. Dengan ini diharapkan dakwah Islam berjalan sesuai dengan yang diharapkan, tidak ada unsur-unsur lain yang dapat menghambat laju perjalanan dakwah Islam dan umat Islam itu sendiri selaku penyeru kebajikan dan keadilan. Tidak ada argumen syar'i yang melegalkan cara-cara represif dan pemaksaan dalam berdakwah untuk mentransfer doktrin Islam sehingga nilai-nilainya membumi. Rasulullah menerapkan falsafah dakwah al-Qur'an yaitu menyeru kepada perdamaian dengan cara-cara damai bukan menyeru kepada permusuhan dengan pemaksaan dan pertumpahan darah. Dalam penerapan hubungan Internasional, perdamaian harus dibalas oleh perdamaian. 

Jika suatu bangsa menunjukkan suatu keinginan untuk perdamaian, maka bangsa lain juga saling memberi perdamaian. Suatu penawaran perdamaian tidak pernah dapat ditolak. Johan Galtung mengatakan bahwa penjagaan perdamaian, penciptaan perdamaian dan pembangunan perdamaian termasuk ke dalam pendekatan-pendekatan yang berbeda. Penjagaan perdamaian berkaitan dengan upaya militer, yang bersifat memisahkan. Sedangkan penciptaan perdamaian muncul dari pendekatan resolusi konflik, maka pembangunan perdamaian dipandang sebagai salah satu hal yang berkelanjutan dari penciptaan perdamaian. Maka dari itu, sebenarnya konsep yang diterapkan dan yang ingin diwujudkan dalam islam dalam hubungan internasional adalah perdamaian yang nantinya akan berefek terhadap kemaslahatan umat dan terciptanya hubungan yang baik antar negara dalam mewujudkan kepentingan. Perdamaian merupakan hal yang dicita citakan dalam terbentuknya suatu konsep hubungan internasional. 

Khususnya pada abad ke-19 ditandai setelah perang dunia I, negara-negara barat membentuk liga bangsa - bangsa sebuah organisasi dunia yang salah satu tujuannya adalah untuk menjamin perdamaian dunia, melenyapkan perang, diplomasi terbuka, menaaati hukum dan perjanjian internasional. Ketika kondisi damai menjadi tujuan, maka diplomasi menjadi salah satu sarana untuk mencapai tujuan dalam hubungan antar negara. Konsep diplomasi yang dicontohkan Rasulullah telah ada sejak 1300 M yang lalu. Diplomasi dianggap jalan terbaik ketika menjalin hubungan atau dalam tata cara penyelesaian konflik dengan mediasi atau musyawarah. Secara umum hukum internasional menurut Islam mencakup seluruh aspek baik dalam kondisi perang maupun damai. 

Pelaksanaannya dapat diimplementasikan dalam tiga wilayah yaitu: pertama, Darul Islam (Negara Islam yaitu negara yang menerapkan syari'at Islam). Kedua, Darul Harbi (Negara Kafir yaitu yang memerangi Negara Islam). Ketiga, Darul 'Ahdi (Negara yang mengadakan perjanjian damai dengan Negara Islam).

Dalam konteks globalisasi saat ini, diplomasi dan hubungan internasional menjadi semakin penting untuk membangun perdamaian dan kerjasama antar negara. Memahami diplomasi dan hubungan internasional dalam perspektif Islam dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mewujudkan tatanan dunia yang adil, sejahtera, dan bermartabat. Diplomasi juga di dukung oleh perkembangan zaman yang semakin maju. Dua hal yang menjadi faktor penentu kuatnya diplomasi terbuka adalah revolusi teknologi informasi dan meningkatnya peran media massa.

a. Revolusi Teknologi Informasi

Perubahan mendasar dalam cara, metode, hingga aktor dari diplomasi tertutup ke era diplomasi terbuka terjadi setelah adanya revolusi teknologi informasi. Hal ini ditandai dengan terbukanya akses informasi seluas-luasnya, tidak hanya eksklusif bagi elite pemerintahan, tetapi juga bagi seluruh rakyat di berbagai belahan dunia. Revolusi teknologi informasi juga erat kaitannya dengan tersedianya jaringan komputer dan elektronik atau internet yang semakin memudahkan akses, manajemen dan penyebarluasan informasi.

b. Meningkatnya Peran Media Massa

Teknologi media massa yang berkembang dengan pesat memungkinkan informasi dapat diakses dengan mudah, cepat dan berbiaya rendah. Peran media massa pada masa ini juga disadari sebagai salah satu faktor kunci penentu keberhasilan diplomasi terbuka. Seperti pernyataan Lord Palmerston bahwa opini lebih kuat daripada tentara. Hal ini mengartikan bahwa media massa memiliki kekuatan penuh dalam membangun dan menciptakan opini publik. Opini publik inilah yang merupakan elemen penting bagi pemerintah agar proses dan hasil diplomasi mendapat simpati dan dukungan rakyat.

Media massa dalam ranah diplomasi juga merupakan sumber informasi untuk menyediakan bahan dalam negosiasi, selain juga fungsinya sebagai mediator dalam proses diplomasi. Media massa melalui fungsinya juga memiliki peranan penting dalam menyiarkan proses diplomasi. Dengan demikian, kebijakan yang disepakati dalam diplomasi harus konsisten dan mampu mempersuasi warga dunia.

Prinsip-prinsip negosiasi yang adil dan efektif sebenarnya juga sudah diperkenalkan di beberapa buku, salah satu diantaranya adalah model Fisher-Ury. Beberapa prinsip negosiasi berikut ini yang akan dikomparasikan dengan prinsip-prinsip negosiasi Islam. Ada 7 (tujuh) hal penting yang perlu diperhatikan dalam negosiasi, yaitu:

1. Melihat situasi dari perspektif lawan. Anda tidak harus setuju dengan persepsi mereka tetapi penting untuk memahami apa yang mereka pikir dan rasakan.

2. Jangan mengesampingkan perhatian lawan berdasarkan kekhawatiran Anda. Merupakan hal yang biasa bahwa lawan Anda akan melakukan hal-hal yang Anda khawatirkan. Kecurigaan semacam ini mempersulit Anda untuk memahami apa yang sebenarnya mereka mau, dan apa yang mereka lakukan selalu Anda anggap buruk.

3. Jangan sampai (hindarkan) menyalahkan pihak lawan dalam kasus yang bersangkutan. Walaupun ada faktanya, menyalahkan orang lain hanya mengakibatkan lawan Anda bersikap bertahan (defensive), salah- salah malah lawan Anda balik menyalahkan Anda. Menyalahkan pihak lain merupakan hal yang counter-productive.

4. Diskusikan persepsi masing-masing pihak. Diskusi secara eksplisit akan membantu pemahaman kedua belah pihak (lihat point pertama). Diskusi akan membantu pihak lain dalam menduga kehawatiran pihak lain (point 3). Diskusi juga akan menciptakan persepsi gabungan, persepsi semacam ini memperkuat hubungan kedua pihak, dan memfasilitasi perundingan yg produktif.

5. Carilah kesempatan untuk bertindak inkonsisten terhadap mispersepsi lawan. Yaitu dengan cara menyangkal keyakinan dan harapan buruk lawan terhadap Anda. Sama pentingnya seperti ketidaktepatan Anda dalam memahami lawan Anda, karena pihak lawan pun perlu tahu persis (dengan memahami ketidaktepatan) persepsi Anda. Dengan menunjukkan negasi keyakinan buruk lawan akan membantu mengubah keyakinan tersebut.

6. Berikan lawan Anda peran dalam hasil perundingan, dalam rangka menegaskan bahwa mereka berpartisipasi dalam proses negosiasi. Jika lawan Anda merasa tidak terlibat dalam proses, mereka tidak merasa perlu terlibat dalam hasil perundingan tersebut. Sebaliknya, kalau mereka merasa berperan dalam proses, mereka akan lebih menerima hasil keputusan sebagai kesimpulan perundingan.

7. Buatlah proposal Anda konsisten dengan prinsip-prinsip yg "sesuai" dengan (yang bisa dipahami oleh) lawan Anda. Masing-masing pihak dalam perundingan harus mampu merekonsialiasi kesepakatan berdasarkan prinsip mereka. Masing-masing harus menganggap kesepakatan akhir (memang) tidak harus sesuai dengan integritas masing-masing. Proposal yang konsisten terhadap prinsip-prinsip lawan yang tidak mengedepankan persepsi sendiri lah yang lebih bisa diterima.

Diplomasi dan hubungan internasional dalam perspektif Islam menawarkan alternatif yang lebih konstruktif dan manusiawi dalam membangun tatanan dunia yang damai dan adil. Prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan, kesetaraan, toleransi, dan kerjasama, dapat menjadi panduan yang berharga dalam menyelesaikan berbagai konflik dan membangun hubungan internasional yang lebih baik. Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung, diplomasi Islam semakin relevan dan penting untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan bagi semua umat manusia.

SYAHLUM LAILA SORAYA_20230510096_F_AIK 2_UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun