b. Meningkatnya Peran Media Massa
Teknologi media massa yang berkembang dengan pesat memungkinkan informasi dapat diakses dengan mudah, cepat dan berbiaya rendah. Peran media massa pada masa ini juga disadari sebagai salah satu faktor kunci penentu keberhasilan diplomasi terbuka. Seperti pernyataan Lord Palmerston bahwa opini lebih kuat daripada tentara. Hal ini mengartikan bahwa media massa memiliki kekuatan penuh dalam membangun dan menciptakan opini publik. Opini publik inilah yang merupakan elemen penting bagi pemerintah agar proses dan hasil diplomasi mendapat simpati dan dukungan rakyat.
Media massa dalam ranah diplomasi juga merupakan sumber informasi untuk menyediakan bahan dalam negosiasi, selain juga fungsinya sebagai mediator dalam proses diplomasi. Media massa melalui fungsinya juga memiliki peranan penting dalam menyiarkan proses diplomasi. Dengan demikian, kebijakan yang disepakati dalam diplomasi harus konsisten dan mampu mempersuasi warga dunia.
Prinsip-prinsip negosiasi yang adil dan efektif sebenarnya juga sudah diperkenalkan di beberapa buku, salah satu diantaranya adalah model Fisher-Ury. Beberapa prinsip negosiasi berikut ini yang akan dikomparasikan dengan prinsip-prinsip negosiasi Islam. Ada 7 (tujuh) hal penting yang perlu diperhatikan dalam negosiasi, yaitu:
1. Melihat situasi dari perspektif lawan. Anda tidak harus setuju dengan persepsi mereka tetapi penting untuk memahami apa yang mereka pikir dan rasakan.
2. Jangan mengesampingkan perhatian lawan berdasarkan kekhawatiran Anda. Merupakan hal yang biasa bahwa lawan Anda akan melakukan hal-hal yang Anda khawatirkan. Kecurigaan semacam ini mempersulit Anda untuk memahami apa yang sebenarnya mereka mau, dan apa yang mereka lakukan selalu Anda anggap buruk.
3. Jangan sampai (hindarkan) menyalahkan pihak lawan dalam kasus yang bersangkutan. Walaupun ada faktanya, menyalahkan orang lain hanya mengakibatkan lawan Anda bersikap bertahan (defensive), salah- salah malah lawan Anda balik menyalahkan Anda. Menyalahkan pihak lain merupakan hal yang counter-productive.
4. Diskusikan persepsi masing-masing pihak. Diskusi secara eksplisit akan membantu pemahaman kedua belah pihak (lihat point pertama). Diskusi akan membantu pihak lain dalam menduga kehawatiran pihak lain (point 3). Diskusi juga akan menciptakan persepsi gabungan, persepsi semacam ini memperkuat hubungan kedua pihak, dan memfasilitasi perundingan yg produktif.
5. Carilah kesempatan untuk bertindak inkonsisten terhadap mispersepsi lawan. Yaitu dengan cara menyangkal keyakinan dan harapan buruk lawan terhadap Anda. Sama pentingnya seperti ketidaktepatan Anda dalam memahami lawan Anda, karena pihak lawan pun perlu tahu persis (dengan memahami ketidaktepatan) persepsi Anda. Dengan menunjukkan negasi keyakinan buruk lawan akan membantu mengubah keyakinan tersebut.
6. Berikan lawan Anda peran dalam hasil perundingan, dalam rangka menegaskan bahwa mereka berpartisipasi dalam proses negosiasi. Jika lawan Anda merasa tidak terlibat dalam proses, mereka tidak merasa perlu terlibat dalam hasil perundingan tersebut. Sebaliknya, kalau mereka merasa berperan dalam proses, mereka akan lebih menerima hasil keputusan sebagai kesimpulan perundingan.
7. Buatlah proposal Anda konsisten dengan prinsip-prinsip yg "sesuai" dengan (yang bisa dipahami oleh) lawan Anda. Masing-masing pihak dalam perundingan harus mampu merekonsialiasi kesepakatan berdasarkan prinsip mereka. Masing-masing harus menganggap kesepakatan akhir (memang) tidak harus sesuai dengan integritas masing-masing. Proposal yang konsisten terhadap prinsip-prinsip lawan yang tidak mengedepankan persepsi sendiri lah yang lebih bisa diterima.