Simbolisasi pada akhirnya rentan dalam hal kecenderungan-kecenderungan politik, bahkan lebih jauh dari itu, simbolisasi keagamaan justru marak dijadikan alat untuk kepentingan politik sepihak. Sefanatik inikah kita terhadap simbol? Atau memang kita dibutakan kepentingan politik?
Saya kira, simbol memang penting, tetapi tidak seharusnya mengalahkan hal-hal yang non-simbolik dalam konteks beragama. Beragama tentu saja bukan sebatas simbol, sebab dalam ajaran Islam, yang terpenting adalah bagaimana aktualisasi iman seseorang dibuktikan oleh kepatuhan dan ketundukan pribadinya kepada Tuhan. Itulah sebabnya, Alquran seringkali menyindir "simbolisasi" sebagaimana disebutkan;
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta..." (QS. Al-Baqarah: 177).
Inilah ajaran Islam yang sesungguhnya, memperteguh realitas teologis namun tanpa melupakan pijakan historisnya sebagai manusia sosial yang patuh dan tunduk kepada Tuhan.Â
Masjid tentu saja tempat ibadah yang disucikan yang seharusnya bebas dari anggapan-anggapan negatif yang bernuansa politik, namun lebih kepada nuansa kebajikan bersifat sosial. Simbol mungkin tak berpengaruh dalam konteks kebajikan sosial, sebab kita sendiri hampir tak lepas dari peristiwa "simbolik" dimana tradisi dan budaya begitu lekat dengan nuansa-nuansa keagamaan yang tak lagi mementingkan simbol.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI