Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Soal Adat, Ingat Agama itu Nasihat!

19 Oktober 2018   10:44 Diperbarui: 19 Oktober 2018   11:06 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menariknya, salah satu ormas Islam yang seringkali dipandang selalu menggunakan cara-cara kekerasan dalam melibas segala kemaksiatan, justru memegang teguh prinsip "agama itu nasehat" ketika menolak pagelaran Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi.

Hal ini patut ditiru karena bagaimanapun, prinsip nasehat tampak lebih soft dalam menyelesaikan banyak masalah dan tak akan menimbulkan masalah baru yang lebih besar lagi.

Nasehat berarti menyampaikan pendapat pribadi yang didukung kebenaran-kebenaran keagamaan, tanpa harus "memaksa" pihak lain menerima apa yang kita nasehatkan.

Secara pribadi saya melihat, suatu adat atau tradisi yang memang telah hidup dan berkembang ditengah masyarakat, merupakan satu kekayaan budaya yang hampir-hampir tak pernah ada yang bersifat merusak.

Bertentangankah adat dengan akal sehat? Ataukah mungkin terdapat unsur-unsur ritual tradisinya yang mempertontonkan penyimpangan dari ajaran-ajaran agama?

Jika memang ada, berikanlah nasehat melalui musyawarah dan ubahlah ritual yang mengajak kepada kemaksiatan tanpa harus memberangus tradisi asalnya yang tidak merusak dan bertentangan.

Perlu juga diketahui, agama tentu saja identik dengan adat atau segala hal yang diikuti oleh pemeluknya secara turun-temurun, demikianlah ketika salah seorang pakar bahasa dan sejarah Islam, Ibnul Mundzir mendefinisikan agama secara etimologis.

Saya dalam hal ini bukan sedang berapologi untuk membela adat atau tradisi yang dipandang "menyimpang" atau "bertentangan" dengan ajaran agama. Karena bagi saya, tradisi, adat, atau budaya belakangan ini sekadar menjadi sebuah seni yang dipertunjukkan kepada khalayak, tak lagi diyakini sebagai kepercayaan leluhur yang mengandung unsur-unsur kemusyrikan.

Hampir dipastikan, mengangkat citra tradisi dan budaya melalui berbagai laku seni, semata-mata untuk menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Nusantara, tanpa harus dipertentangkan sama sekali dengan keyakinan agama.

Bahkan, tak hanya soal tradisi seperti tarian, persembahan, atau laku kesenian lainnya, soal kenduren, tahlilan, atau selametan tetap saja ada yang menganggap bagian dari penyimpangan agama bahkan kemusyrikan.

Bukan juga saya menjadi seorang permisif, yang segala sesuatu dianggap boleh dan tak ada pertentangan. Saya meyakini, bahwa ajaran Islam-pun sangat memandang pentingnya adat karena adat termasuk bagian dari hukum yang telah disepakati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun