Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Universitas Islam Internasional Indonesia dan Prospek Islam Moderat

22 Januari 2018   10:32 Diperbarui: 23 Januari 2018   18:55 2378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: kompasiana.com/calvincapnary

Klaim "Islam moderat" semestinya memang tidak kemudian menjadi "komoditas politik" yang diperjual-belikan berbagai pihak, demi tujuan kepentingan keekonomian yang lebih menguntungkan. Membangun kampus atau lembaga pendidikan---apalagi spesifik dalam hal keilmuan tertentu---tentu saja harus sesuai tujuannya: mencerdaskan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Gaung Islam moderat memang sedang menjadi tren di dunia Islam, termasuk kenyataan Arab Saudi yang menjalankan serangkaian reformasinya dengan klaim mengembalikan Islam ke jalur yang sebenarnya, yaitu moderatisme.

Dominasi paham Wahabiah yang selama puluhan tahun hidup dan dijadikan "ideologi negara" oleh Arab Saudi pada akhirnya dianggap "gagal" karena seringkali berbenturan dengan aspek-aspek modernisasi dalam konteks pembangunan peradaban.

Islam moderat, kemudian dipandang sebagai ideologi yang mampu menyesuaikan dengan akselerasi peradaban, menerima kenyataan modernitas dan perubahan sosial, tanpa harus mempertentangkannya dengan nilai-nilai substansi ajaran Islam itu sendiri.

Jika terminologi Islam moderat terambil dari makna "Islam wasathiyah" yang selama ini menjadi ideologi pokok dalam garis besar ke-NU-an, mungkinkah keberadaan UIII pada akhirnya terkait dengan kepolitikan NU yang sejauh ini dipandang akomodatif terhadap pemerintah? 

Sulit kiranya menebak-nebak ke mana arah proyeksi Islam moderat yang sejauh ini lekat dengan konsepsi pembangunan kampus yang memiliki standar internasional ini. Namun yang pasti, terdapat kepentingan yang kuat "tak kasat mata" dalam hal pembangunan UIII ini, jika dihubungkan dengan munculnya berbagai kritik, termasuk dari anggota DPR yang menyoal pembangunan kampus ini. 

Wakil Ketua Komisi VII DPR, Abdul Malik Haramain pernah meminta pemerintah mengkaji ulang soal pembangunan kampus ini, karena dikhawatirkan kontra produktif dengan kampus Islam lainnya.

Namun demikian, saya sepakat dengan prospek Islam moderat yang kemudian diperkuat oleh berdirinya kampus ini, selama kemudian dapat tetap melakukan sinergi positif dengan kampus-kampus lainnya yang se-"ideologi".

Kampus-kampus Islam---seperti UIN---yang saat ini berkembang pesat, harus juga dilibatkan dalam banyak hal, terutama dalam menggodok berbagai sistem kurikulum dan pembelajaran, termasuk melakukan kolaborasi para pengajarnya dengan tetap berpedoman pada aspek penguatan moderatisme Islam.

Prinsip moderatisme Islam sangatlah penting, karena selain tidak "kaku" dalam menafsir-ulang substansi ajaran-ajaran Islam, juga dapat lebih "luwes" dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan zaman.

Islam moderat jelas tercermin dari penerimaannya atas kenyataan perbedaan, keragaman pemikiran, dan tak memberlakukan "klaim" atas kebenaran subjektifnya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun