Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Soal Jalur Politik, Ahok Belajar dari Aceng Fikri

31 Juli 2016   09:05 Diperbarui: 31 Juli 2016   15:01 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep inilah yang seringkali dipergunakan oleh siapapun yang sudah berkuasa di negeri, bahkan jauh-jauh hari sebelum digelar pemilu, para penguasa politik sudah membuat strategi-strategi agar periode berikutnya bisa memenangkan pemilu walaupun harus menggunakan cara-cara yang tidak demokratis.

Dinamisasi politik memang dapat diukur meskipun terkadang arah pilihannya sulit ditebak. Seseorang yang mendukung si A bisa jadi dalam kenyataannya akan mendukung si B terutama ketika  berada di bilik suara. Politik itu menuntut keberpihakan, sangat sulit jika berpolitik tetapi independen. Politik dan independen menyiratkan dua makna berbeda yang ketika digabungkan maka akan melahirkan makna yang absurd, apalagi ketika independen dihadapkan dengan politik kekuasaan.

 Pilihan Ahok yang maju melalui jalur parpol adalah bentuk dinamisisasi politik sekaligus rasionalisasi politik, karena independen dalam politik tidak berarti sepenuhnya “bersih” dari unsur parpol atau kontra terhadap parpol. Ahok lahir dan besar secara politik adalah karena parpol, buka karena dirinya sendiri apalagi karena Teman Ahok yang selama ini setia mendukungnya.

 Hanya saja, Ahok nampaknya belum berani untuk fight secara independen melawan, berkompromi, atau berkonflik secara terbuka dengan parpol, karena parpol-parpol merupakan kendaraan politik yang saat ini berjasa mengantarkan dirinya berkuasa. Intinya, alternatif dalam memperoleh kekuasaan politik melalui jalur independen di negeri ini lebih sering gagal daripada berhasilnya.

Wallahu a’lam bisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun