Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haji, Kesalehan Sosial dan Transformasi Spiritual

29 Juli 2016   11:37 Diperbarui: 29 Juli 2016   11:51 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arab sebagai media pertemuan besar masyarakat Muslim melalui Haji, seharusnya dapat memberikan respon terhadap kemajuan peradaban dan budaya Muslim saat ini. Namun kenyataanya, keringnya makna historis dalam Haji yang saat ini terbentuk, justru membuat sekat-sekat dunia Muslim bertambah banyak. Peradaban Muslim tetap terpuruk, jatuh dalam serangkaian perang saudara, terorisme, radikalisme dan perebutan kekuasaan. Haji yang semestinya membentuk transformasi dari sekedar ritual menuju spiritual dengan meningkatkan kesadaran keberagamaan, kesalehan, persatuan dan kesatuan justru hanya mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok keagamaan, perebutan kekuasaan politik dan tak jarang hanya menjadi sekedar ajang bisnis yang mengeruk banyak keuntungan duniawi.

Kita tentu terhenyak, ketika Ramadhan yang baru saja kita lewati, serangkaian ulah teroris yang tidak bertanggungjawab justru silih berganti menghantam negara-negara Muslim. Leledakan bom justru  terjadi di Madinah, Jeddah, Istanbul, Baghdad, Bangladesh dan entah di negeri Muslim manalagi. Sebagian bumi Muslim seakan tidak aman, karena ulah segelintir mereka yang mengaku Muslim tetapi putus asa, atau tidak suka dengan ulama, penguasa Muslim atau pihak Barat yang memang mengendalikan kekuasaan di hampir seluruh bumi yang didiami mayoritas Muslim ini.

Sebagai seorang Muslim yang beriman semestinya kita menyadari bahwa setiap pemaknaan spiritualitas keberislaman dan keimanan  yang sedang kita jalani merupakan harapan menjadi Muslim yang rahmatan lil ‘alamin sebagaimana dahulu Nabi Muhammad inginkan. Maka, melalui Haji dengan menghayati nilai-nilai spiritual dalam setiap ritusnya hendaknya akan meningkatkan aspek keberagamaan yang lebih bernuansa humanis. Sebagaimana makna historis dalam Haji yang dapat menguatkan fondasi budaya, politik dan ekonomi masyarakat Muslim melalui pertemuan besar di Mekkah dan Madinah yang dahulu telah dilakukan sejak masa Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad, seharusnya menyiratkan sebuah masyarakat Muslim yang berperadaban, berkemanusiaan dan berkeadilan.

Wallahu a’lam bisshawab        

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun