Indeks Harga Konsumen (IHK). JASICA membagi sector riil menjadi 9 sektor. Pemerintah menetapkan komponen inflasi di Indonesia terdiri dari volatile foods (komponen harga bergejolak), administered price (komponen harga yang diatur pemerintah), core inflation (komponen inti) dan imported inflation (inflasi karena naiknya harga barang impor).Â
Volatile foods yang terjadi pada tahun 2010 meliputi harga-harga barang yang tercermin dari Indeks Harga Konsumen (IHK) sektor riil yang terdiri dari tujuh kategori, yakni (1) bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, (3) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, (4) sandang, (5) kesehatan, (6) pendidikan, rekreasi dan olahraga, (7) transportasi dan komunikasi, serta jasa keuangan.Â
Apabila terdapat kenaikan harga dari ketujuh kategori tersebut, maka komponen volatille foods akan bergerak naik dan mendorong laju inflasi domestik.Â
Perbedaan klasifikasi ini yang menyebabkan data-data ekonomi makro yang dikeluarkan pemerintah tidak dapat mencerminkan kondisi sebenarnya yang terjadi di pasar modal.Â
Hal tersebut yang menyebabkan faktor ekonomi makro di Indonesia seringkali tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sebagai cerminan dari nilai perusahaan. Â
Ketiga, tipe investor di Indonesia yang lebih senang melakukan transaksi saham dalam jangka pendek (trader atau spekulan), menyebabkan investor cenderung melakukan aksi profit taking dengan harapan memperoleh capital gain yang lebih tinggi di pasar modal dibandingkan berinvestasi di pada SBI.Â
Para trader atau spekulan biasanya mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham berdasarkan analisis teknikal, yang lebih menekankan pada pola pergerakan harga berdasarkan data pasar masa lalu, sehingga tidak perlu lagi melakukan analisis terhadap variabel ekonomi maupun variabel perusahaan untuk mengestimasi nilai saham (Tandelilin, 2010).Â
Hal ini sesuai dengan pernyataan Widoatmodjo (2009), dimana dalam perkembangan investasi modern, keputusan investasi lebih mengandalkan analisis teknikal dibandingkan analisis fundamental, karena pergerakan harga saham yang berulang-ulang sehingga membentuk pola
tertentu. Â
3. Pengaruh Faktor Ekonomi Makro Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan
Faktor ekonomi makro yang diwakili oleh laju inflasi dan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan, tetapi pengaruhnya tidak signifikan. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.Â
Tingginya laju inflasi akan meningkatkan harga jual barangbarang dan menurunkan daya beli masyarakat karena turunnya pendapatan riil bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap (Gilarso, 2008).Â