Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nilai Sejati Persahabatan, dari Kesetaraan hingga Perbedaan

9 September 2024   02:05 Diperbarui: 9 September 2024   02:33 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel "Beyond Ideals of Friendship" karya Simon Keller, diterbitkan di Journal of Applied Philosophy pada tahun 2023, mengangkat perspektif baru tentang persahabatan yang menggugah pemikiran. 

Keller memulai diskusi dengan mengkritisi pandangan tradisional, terutama yang diutarakan oleh filsuf seperti Aristoteles, yang sering membingkai persahabatan ideal sebagai hubungan antara individu yang berbudi luhur. 

Menurut Aristoteles, persahabatan terbaik terjalin antara orang-orang yang secara moral tinggi dan saling mendukung dalam aktivitas kebajikan. 

Dalam konteks ini, persahabatan dilihat sebagai sesuatu yang sempurna dan sulit dicapai oleh banyak orang, sebab hanya segelintir yang bisa mencapai tingkat kebajikan yang diperlukan. 

Namun, Keller berpendapat bahwa pendekatan ini gagal menangkap keragaman bentuk persahabatan yang ada di dunia nyata, terutama dalam konteks kehidupan manusia yang penuh keterbatasan dan tantangan.

Salah satu poin sentral yang diangkat Keller adalah bahwa persahabatan yang baik seharusnya tidak diukur berdasarkan ideal tunggal yang kaku. 

Keller mengusulkan alternatif, di mana persahabatan yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas hidup individu melalui nilai-nilai yang melekat pada persahabatan, meskipun bentuk-bentuk persahabatan itu sendiri bisa sangat beragam. 

Pendekatan pluralistik dan terbuka ini, menurut Keller, lebih akurat dalam menggambarkan tempat persahabatan dalam kehidupan manusia yang penuh dengan kelemahan, keterbatasan, dan kebutuhan yang unik. 

Artikel ini menawarkan pandangan yang menggugah tentang bagaimana persahabatan dapat dilihat sebagai sarana untuk memperkaya hidup manusia, bukan sebagai ideal abstrak yang sulit dicapai.

***

Dalam pandangan Keller, pendekatan tradisional yang menggunakan ideal persahabatan sering kali bersifat monistik, di mana hanya satu kualitas dianggap sebagai ukuran dari semua persahabatan yang baik. 

Sebagai contoh, Aristoteles menekankan bahwa persahabatan terbaik terjalin antara individu-individu yang berbudi luhur dan saling mendukung dalam aktivitas kebajikan. 

Namun, pendekatan ini dianggap kurang memadai dalam menangkap kompleksitas dan keragaman bentuk persahabatan yang ada dalam kehidupan nyata. 

Keller berargumen bahwa persahabatan tidak harus dipahami sebagai sesuatu yang hanya baik jika memenuhi standar kebajikan tertinggi atau kesempurnaan moral.

Keller menekankan bahwa banyak bentuk persahabatan yang baik justru muncul dari ketidaksempurnaan manusia. 

Dalam kehidupan nyata, persahabatan bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kebutuhan dan karakteristik unik mereka. 

Sebagai contoh, dua orang yang sama-sama kesepian dapat menemukan kebahagiaan dalam persahabatan karena mereka saling memberi dukungan dan cinta. Di sini, nilai utama dari persahabatan terletak pada kemampuan untuk mengatasi kesepian. 

Sebuah studi menunjukkan bahwa persahabatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis individu, dan mereka yang memiliki hubungan persahabatan yang kuat lebih sedikit mengalami depresi dan merasa lebih puas dengan hidup mereka.

Selain itu, Keller juga mencatat bahwa persahabatan dapat memiliki nilai karena kebebasan dan spontanitasnya. 

Sebagai contoh, dua orang yang tidak membutuhkan persahabatan secara mendesak mungkin menemukan kebahagiaan dalam kebebasan untuk memilih persahabatan tersebut tanpa tekanan. 

Mereka menikmati kebersamaan bukan karena kebutuhan, melainkan karena keinginan murni untuk berbagi waktu bersama. 

Keller menyebut bahwa persahabatan seperti ini membawa kebahagiaan dengan cara yang unik, yang tidak dapat digantikan oleh jenis hubungan lainnya.

Dalam sebuah penelitian yang lain, dijelaskan bahwa persahabatan juga memiliki elemen seni, di mana keintiman yang tercipta dari persahabatan mampu memicu kebutuhan untuk memahami orang lain sedalam mungkin. 

Elemen ini memberi nilai tambah bagi kehidupan manusia yang tidak dapat ditemukan dalam hubungan yang dangkal. Di sisi lain, persahabatan yang baik juga dapat didasarkan pada kesetaraan. 

Dua individu yang memiliki hubungan setara dalam persahabatan cenderung saling menghormati dan menghargai tanpa adanya perbedaan status atau kekuasaan. 

Dalam hal ini, persahabatan menawarkan ruang di mana tidak ada hierarki atau otoritas yang mendominasi. 

Menurut data dari National Survey of Relationships (2022), 60% orang dewasa melaporkan bahwa mereka merasa persahabatan yang setara memberikan rasa keterbukaan dan keamanan emosional yang lebih besar dibandingkan hubungan-hubungan lainnya.

Namun, Keller juga menyatakan bahwa persahabatan yang baik tidak selalu harus setara. 

Dalam beberapa kasus, persahabatan yang baik dapat terjalin antara individu yang memiliki perbedaan kekuatan dan kemampuan. 

Misalnya, persahabatan antara orang muda dan lansia mungkin didasarkan pada perbedaan kemampuan fisik, tetapi tetap membawa nilai dan kebahagiaan bagi keduanya. 

Dalam contoh ini, persahabatan menjadi bermakna karena adanya kasih sayang dan pengertian yang mendalam, di mana perbedaan diakui dan diadaptasi dalam cara yang positif. 

Data dari World Health Organization (2021) menunjukkan bahwa persahabatan antar generasi, khususnya antara orang muda dan lansia, dapat membantu mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan kesejahteraan mental bagi kedua pihak.

Dengan demikian, Keller menekankan bahwa tidak ada satu model persahabatan yang dapat menjadi tolok ukur untuk semua hubungan. 

Setiap persahabatan memiliki nilai unik yang bergantung pada kebutuhan, karakteristik, dan situasi individu yang terlibat di dalamnya. 

Pendekatan pluralistik ini memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana persahabatan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, tidak hanya melalui kesempurnaan moral tetapi juga melalui adaptasi terhadap kelemahan dan keterbatasan manusia.

***

Pendekatan pluralistik Simon Keller dalam memandang persahabatan memberikan perspektif yang lebih inklusif dan realistis mengenai hubungan manusia. 

Keller berhasil menunjukkan bahwa persahabatan yang baik tidak harus didasarkan pada standar ideal yang ketat seperti yang sering diusulkan oleh filsuf-filsuf klasik seperti Aristoteles. 

Sebaliknya, persahabatan yang baik adalah yang mampu memenuhi kebutuhan unik individu yang terlibat di dalamnya, dan yang mampu membawa nilai-nilai yang terkait dengan persahabatan, seperti kesetaraan, dukungan, spontanitas, dan penerimaan perbedaan.

Dengan memahami bahwa persahabatan dapat memiliki bentuk dan tujuan yang beragam, kita dapat lebih menghargai hubungan yang kita miliki tanpa merasa terbebani oleh tuntutan untuk mencapai bentuk persahabatan yang dianggap sempurna. 

Persahabatan yang baik tidak selalu harus memenuhi standar kesempurnaan moral atau keintiman yang mendalam, tetapi lebih pada bagaimana hubungan tersebut mampu memberikan kebahagiaan, dukungan, dan makna dalam kehidupan sehari-hari. 

Data dari berbagai penelitian juga mendukung gagasan ini, dengan menunjukkan bahwa bentuk persahabatan yang beragam dapat memberikan manfaat kesehatan mental dan kesejahteraan yang signifikan bagi individu, terlepas dari perbedaan yang ada di antara mereka.

Akhirnya, Keller mengingatkan bahwa persahabatan yang baik adalah yang beradaptasi dengan kehidupan nyata, dengan semua kelemahan dan keterbatasan manusia. 

Melalui pendekatan ini, kita dapat lebih terbuka terhadap berbagai bentuk persahabatan dan lebih mampu merayakan nilai-nilai yang diberikan oleh setiap hubungan yang bermakna dalam hidup kita. 

Persahabatan, pada akhirnya, adalah tentang bagaimana kita saling mendukung, tumbuh, dan menemukan makna dalam kebersamaan kita, apa pun bentuknya.

Referensi

Keller, S. (2023). Beyond ideals of friendship. Journal of Applied Philosophy, 41(3), 549-564. https://doi.org/10.1111/japp.12705

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun