Dalam pandangan Keller, pendekatan tradisional yang menggunakan ideal persahabatan sering kali bersifat monistik, di mana hanya satu kualitas dianggap sebagai ukuran dari semua persahabatan yang baik.Â
Sebagai contoh, Aristoteles menekankan bahwa persahabatan terbaik terjalin antara individu-individu yang berbudi luhur dan saling mendukung dalam aktivitas kebajikan.Â
Namun, pendekatan ini dianggap kurang memadai dalam menangkap kompleksitas dan keragaman bentuk persahabatan yang ada dalam kehidupan nyata.Â
Keller berargumen bahwa persahabatan tidak harus dipahami sebagai sesuatu yang hanya baik jika memenuhi standar kebajikan tertinggi atau kesempurnaan moral.
Keller menekankan bahwa banyak bentuk persahabatan yang baik justru muncul dari ketidaksempurnaan manusia.Â
Dalam kehidupan nyata, persahabatan bisa memberikan manfaat yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kebutuhan dan karakteristik unik mereka.Â
Sebagai contoh, dua orang yang sama-sama kesepian dapat menemukan kebahagiaan dalam persahabatan karena mereka saling memberi dukungan dan cinta. Di sini, nilai utama dari persahabatan terletak pada kemampuan untuk mengatasi kesepian.Â
Sebuah studi menunjukkan bahwa persahabatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis individu, dan mereka yang memiliki hubungan persahabatan yang kuat lebih sedikit mengalami depresi dan merasa lebih puas dengan hidup mereka.
Selain itu, Keller juga mencatat bahwa persahabatan dapat memiliki nilai karena kebebasan dan spontanitasnya.Â
Sebagai contoh, dua orang yang tidak membutuhkan persahabatan secara mendesak mungkin menemukan kebahagiaan dalam kebebasan untuk memilih persahabatan tersebut tanpa tekanan.Â
Mereka menikmati kebersamaan bukan karena kebutuhan, melainkan karena keinginan murni untuk berbagi waktu bersama.Â