Dalam kasus kartun yang dibahas, si ibu menggunakan humor untuk menyatakan dinamika rumit antara dirinya, suaminya, dan istri pertama suaminya.Â
Meskipun ini bisa jadi cara untuk mengolah emosi pribadinya, penting untuk mempertimbangkan bagaimana anak itu menerima dan memproses informasi tersebut.Â
Anak-anak mungkin merasa bahwa mereka perlu memilih sisi atau merasa bersalah karena situasi yang tidak mereka pilih.
Saya kira, dalam menghadapi situasi keluarga yang kompleks, penting bagi orang tua tiri untuk membina hubungan yang berdasarkan keterbukaan, kejujuran, dan kepekaan terhadap kebutuhan emosional anak.Â
Mendiskusikan dinamika keluarga secara terbuka dan sehat dengan anak-anak, dengan mempertimbangkan usia dan kematangan mereka, dapat membantu mereka memahami situasi tanpa merasa terbebani olehnya.
Selanjutnya, konseling keluarga bisa menjadi pilihan yang berharga untuk keluarga yang berjuang dengan dinamika ini.Â
Seorang psikolog yang berpengalaman dalam menangani keluarga bercampur dapat menyediakan wadah aman untuk semua anggota keluarga untuk menyuarakan perasaan mereka dan belajar strategi untuk mengelola hubungan mereka secara efektif.
***
Pendekatan yang bijaksana dan penuh empati dalam parenting dan komunikasi dalam keluarga bercampur tidak hanya memperkuat hubungan antara orang tua tiri dan anak tirinya, tetapi juga mendukung pembentukan struktur keluarga yang harmonis dan mendukung, di mana setiap anggota merasa dihargai dan didengarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H