Dalam masyarakat modern, konsep keluarga telah mengalami banyak perubahan dan adaptasi.Â
Struktur keluarga yang beragam---mulai dari keluarga inti, keluarga dengan orang tua tunggal, hingga keluarga dengan ayah atau ibu tiri---menjadi semakin umum.Â
Keberagaman ini membawa dinamika baru dalam hubungan keluarga, khususnya dalam hal peran dan pengaruh orang tua tiri terhadap anak-anak.
Salah satu aspek penting dalam dinamika keluarga baru adalah cara orang tua tiri membangun hubungan dengan anak tirinya. Komunikasi adalah kunci utama dalam mengembangkan hubungan yang sehat dan positif.Â
Dalam konteks ini, penggunaan humor bisa menjadi salah satu strategi komunikasi yang efektif.Â
Sebuah kartun yang menampilkan ibu yang sedang membacakan cerita pengantar tidur dengan menyisipkan humor tentang situasi keluarga mereka mencerminkan usaha untuk membuka dialog tentang realitas keluarga mereka dalam format yang lebih ringan dan dapat diakses oleh anak.
Namun, humor juga bisa menjadi pedang bermata dua.Â
Pada satu sisi, ia membantu meredakan ketegangan dan memperkenalkan topik yang mungkin sensitif atau sulit dengan cara yang lebih lembut.Â
Di sisi lain, jika tidak digunakan dengan hati-hati, humor dapat menjadi sarana untuk menyampaikan ketidakpuasan atau kritik yang bisa berdampak negatif pada anak yang mendengarnya.
Anak-anak sangat "perceptive" terhadap nuansa komunikasi antara orang tua mereka, dan perasaan tidak bahagia atau konflik yang tersirat bisa menimbulkan kebingungan atau kecemasan.
Dalam kasus kartun yang dibahas, si ibu menggunakan humor untuk menyatakan dinamika rumit antara dirinya, suaminya, dan istri pertama suaminya.Â
Meskipun ini bisa jadi cara untuk mengolah emosi pribadinya, penting untuk mempertimbangkan bagaimana anak itu menerima dan memproses informasi tersebut.Â
Anak-anak mungkin merasa bahwa mereka perlu memilih sisi atau merasa bersalah karena situasi yang tidak mereka pilih.
Saya kira, dalam menghadapi situasi keluarga yang kompleks, penting bagi orang tua tiri untuk membina hubungan yang berdasarkan keterbukaan, kejujuran, dan kepekaan terhadap kebutuhan emosional anak.Â
Mendiskusikan dinamika keluarga secara terbuka dan sehat dengan anak-anak, dengan mempertimbangkan usia dan kematangan mereka, dapat membantu mereka memahami situasi tanpa merasa terbebani olehnya.
Selanjutnya, konseling keluarga bisa menjadi pilihan yang berharga untuk keluarga yang berjuang dengan dinamika ini.Â
Seorang psikolog yang berpengalaman dalam menangani keluarga bercampur dapat menyediakan wadah aman untuk semua anggota keluarga untuk menyuarakan perasaan mereka dan belajar strategi untuk mengelola hubungan mereka secara efektif.
***
Pendekatan yang bijaksana dan penuh empati dalam parenting dan komunikasi dalam keluarga bercampur tidak hanya memperkuat hubungan antara orang tua tiri dan anak tirinya, tetapi juga mendukung pembentukan struktur keluarga yang harmonis dan mendukung, di mana setiap anggota merasa dihargai dan didengarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H