Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

7 Hal yang Tidak Boleh Orangtua Katakan di Depan Anak

20 Juli 2024   05:45 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:09 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ucapan orangtua berpengaruh pada anak. (Sumber: Freepik/fwstudio)

Sebagai orangtua, kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita, termasuk dalam hal komunikasi. 

Namun, sering kali kita tidak menyadari bahwa beberapa ucapan kita bisa berdampak besar pada perkembangan psikologi dan emosional mereka. 

Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya tidak kita ucapkan di depan anak:

1. "Aku Terlalu Gemuk/Kurus"

Dalam budaya kita, di mana penampilan sering kali dianggap penting, mengkritik bentuk tubuh sendiri di depan anak bisa berdampak negatif. 

Anak bisa mulai menilai diri sendiri atau orang lain berdasarkan penampilan fisik. Lebih baik, kita mengarahkan pembicaraan pada pentingnya kesehatan dan kebugaran daripada bentuk tubuh.

2. "Aku Menyerah"

Menunjukkan sikap menyerah di depan anak dapat menjadi contoh yang tidak baik. 

Anak-anak meniru perilaku orangtua mereka. Jika kita menunjukkan ketahanan dan kegigihan, seperti tetap berusaha menyelesaikan masalah walaupun sulit, kita mengajarkan mereka untuk tidak mudah menyerah. 

Gunakan setiap kesempatan sebagai pembelajaran untuk meningkatkan ketangguhan mereka.

3. "Kamu Berperilaku Seperti Bayi"

Menggunakan kalimat ini tidak hanya meremehkan tapi juga bisa merusak harga diri anak. 

Dalam budaya kita, di mana menghormati perasaan orang lain adalah nilai yang ditanamkan sejak dini, kalimat ini bisa dianggap sangat kasar. 

Sebagai gantinya, tanyakan apa yang membuat mereka merasa kesal atau sedih, dan bantu mereka mengatasi perasaan tersebut dengan cara yang lebih matang.

4. "Kamu Adalah Kepala Keluarga"

Di Indonesia, peran gender bisa sangat kental. 

Namun, memberikan tanggung jawab sebagai 'kepala keluarga' pada anak lelaki saat ayah tidak ada di rumah bisa memberi tekanan mental yang tidak perlu. 

Ini juga secara tidak langsung menanamkan konsep bahwa laki-laki harus selalu menjadi pelindung dan pemberi keputusan, yang bisa membatasi pemahaman mereka tentang kesetaraan gender. 

Ajarkan kepada mereka bahwa setiap anggota keluarga memiliki peran dan kekuatan masing-masing, tanpa terikat oleh gender.

5. "Berhenti Menangis"

Mengatakan ini kepada anak bisa membuat mereka merasa bahwa menunjukkan emosi adalah sesuatu yang salah. 

Dalam konteks budaya Indonesia, di mana ekspresi emosi seringkali dianggap sebagai tanda kelemahan, penting untuk mengubah pandangan ini. 

Ajarkan kepada anak bahwa mengekspresikan perasaan adalah bagian dari proses belajar mengelola emosi. Alih-alih menyuruh mereka berhenti menangis, lebih baik kita mengatakan, "Tidak apa-apa menangis, aku di sini untuk mendengarkanmu."

6. "Aku Tidak Punya Waktu untuk Ini"

Sebagai orangtua, kita sering kali sibuk dengan berbagai tugas dan tanggung jawab. 

Namun, ucapan ini dapat membuat anak merasa tidak penting. 

Dalam keluarga Indonesia, di mana kebersamaan sangat dihargai, mengabaikan kebutuhan anak untuk interaksi bisa berdampak buruk pada hubungan kita dengan mereka. 

Cobalah untuk menyatakan, "Sekarang ayah/ibu sedang sibuk, tapi nanti kita bicara, ya?" Ini menunjukkan bahwa orangtua menghargai mereka dan akan menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan cerita atau masalah mereka.

7. "Diam"

Kata ini terkesan sangat keras dan bisa membuat anak merasa tidak dihargai. 

Dalam masyarakat kita, menghormati setiap individu adalah hal yang fundamental. 

Sebagai gantinya, jika situasinya memang membutuhkan ketenangan, gunakan kalimat seperti, "Ayo kita tenang sebentar dan dengarkan satu sama lain." 

Ini tidak hanya menunjukkan penghormatan terhadap anak, tetapi juga mengajarkan mereka cara berkomunikasi yang efektif dan penuh empati.

***

Dengan menghindari ketujuh ucapan ini dan memilih untuk mengomunikasikan perasaan serta pikiran kita dengan cara yang lebih mendukung, kita membantu anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan sosial.

Dengan memahami dampak dari apa yang kita ucapkan di depan anak, kita bisa membentuk lingkungan yang lebih mendukung untuk pertumbuhan mereka yang sehat dan positif.

Mendidik bukan hanya tentang mengajarkan kecerdasan akademik, tetapi juga kecerdasan emosi dan sosial yang akan membawa mereka sukses di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun