Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kerentanan Menjadi Ayah

6 Mei 2024   07:04 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:24 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hubungan ayah dan anak. (Freepik/aleksandarlittlewolf)

Saya telah meninjau satu artikel jurnal yang cukup menarik untuk kita pahami bersama berjudul "Evaluation of a Couple- and Family-Based Intervention: Implications for the Fathering Vulnerability Hypothesis", yang ditulis oleh Sarah Hoegler, Savannah Vetterly & E. Mark Cummings, dalam jurnal Parenting, volume 24, issue 1, yang dipublikasikan pada tanggal 2 Januari 2024.

Penelitian berjudul "Evaluasi Intervensi Berbasis Pasangan dan Keluarga: Implikasinya terhadap Hipotesis Kerentanan Menjadi Ayah" mengkaji pentingnya menjaga hubungan yang sehat antara orang tua dan anak serta di antara pasangan. 

Penelitian ini menyoroti betapa pentingnya peran ayah dalam keluarga dan bagaimana konflik antar orang tua dapat sangat memengaruhi kesejahteraan emosional ayah dan hubungannya dengan anak-anak mereka.

Inti dari penelitian ini adalah mengevaluasi "hipotesis kerentanan menjadi ayah," yang menyatakan bahwa ayah sangat rentan terhadap konflik yang terjadi antara pasangan. 

Konflik tersebut tidak hanya memengaruhi kualitas pernikahan, tetapi juga hubungan antara ayah dan anak. 

Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengurangi konflik destruktif, meningkatkan komunikasi positif antara pasangan, dan menciptakan lingkungan emosional yang aman bagi seluruh keluarga.

Dalam penelitian ini, 225 keluarga yang memiliki anak remaja dibagi ke dalam tiga kelompok: kelompok yang mengikuti program bersama anak (PA), kelompok yang hanya diikuti oleh orang tua (PO), dan kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini berhasil meningkatkan kualitas hubungan antara ayah dan anak, serta memperkuat ikatan pernikahan pada kelompok ayah. Lebih menariknya lagi, dampak positif intervensi ini lebih besar terlihat pada ayah dibandingkan ibu, membuktikan bahwa ayah lebih rentan terhadap konflik dan memerlukan dukungan lebih besar.

Penelitian ini memberikan bukti kuat tentang manfaat dari intervensi berbasis keluarga dalam menciptakan hubungan yang lebih sehat antara pasangan dan meningkatkan keterikatan antara ayah dan anak-anak mereka.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun