Setelah urusan di bengkel selesai, mereka memutuskan untuk makan siang bersama. Di restoran, pembicaraan menjadi lebih serius. Sarah mulai membuka hati tentang kekhawatiran-kekhawatirannya.
"Bil, terima kasih ya, kamu selalu ada saat aku butuh. Aku tadi malam sempat mikir, kita ini harus lebih sering menghabiskan waktu bersama. Kadang aku terlalu fokus sama pekerjaan."
Nabil tersenyum, menaruh tangan di atas tangan Sarah. "Aku setuju banget. Kita harus lebih sering curhat dan support satu sama lain. Bukan hanya saat ada yang kesusahan, tapi juga buat berbagi kebahagiaan."
Mereka berdua tersenyum, sebuah perjanjian tanpa kata untuk tidak hanya menjadi teman di kala susah, tapi juga di kala senang.
Sambil berjalan kembali ke mobil, Sarah merenung. "Hari ini benar-benar membuka mataku, Bil. Tentang banyak hal."
"Yuk, kita jadikan ini awal baru. Lebih banyak perhatian ke hal-hal kecil, dan tentu saja, lebih banyak waktu untuk kita," ujar Nabil, sambil mereka berdua menyetujui untuk menjadikan ini sebuah komitmen bersama.
Dengan mobil yang sudah diperbaiki dan persahabatan yang diperbarui, Sarah dan Nabil berjanji untuk tidak membiarkan rutinitas menghalangi mereka dari apa yang benar-benar penting---saling merawat dan mendukung satu sama lain dalam segala situasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H