Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penguasa Ombak

16 April 2024   05:11 Diperbarui: 16 April 2024   05:25 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Balekambang dilihat ke arah timur. (Foto: Wikipedia/Utems)

Episode 1: Senja dan Ketakutan

Pantai Balekambang selalu ramai di sore hari, namun hari ini tampak lebih meriah dengan deretan layang-layang yang menghiasi langit. Reza, anak berusia 10 tahun, berdiri di pinggir pantai, mengenakan kaos dan celana pendek, sambil menatap horison dengan rasa ragu yang mendalam. Ibu Reza, Widya, menghampirinya dengan senyum menggoda.

Widya: "Reza, lihat itu! Layang-layangnya lucu-lucu ya? Ada yang bentuknya seperti ikan lumba-lumba!"

Reza: (mengangguk, berusaha tersenyum) "Iya, Bu, lucu. Tapi... aku nggak yakin mau masuk ke air."

Widya: (duduk di pasir di samping Reza) "Kamu tahu, takut itu wajar, Nak. Tapi kadang, kita harus menghadapi ketakutan itu. Seperti layang-layang itu, terbang tinggi karena ada yang berani mengendalikannya."

Reza: "Tapi, Bu, aku bukan layang-layang. Dan air bukan angin yang bisa kukendalikan."

Widya: "Memang. Tapi kamu bisa belajar mengendalikan rasa takutmu, Reza. Ibu di sini bersamamu. Kita hadapi bersama, ya?"

Reza menarik nafas dalam-dalam, mencoba meresapi kata-kata ibunya. Dia tahu ibunya selalu ingin yang terbaik untuknya, meski terkadang itu terasa berat.

Widya: (berseloroh) "Ayo, kalau kamu masuk, ibu janji belikan es kelapa muda setelahnya."

Reza: (tersenyum tipis) "Es kelapa muda, ya? Hmm... Asyik sekali itu."

Widya: "Itu dia! Kan lebih baik daripada hanya duduk di sini dan melihat orang lain bersenang-senang."

Mereka berdua tertawa ringan. Reza masih ragu, tapi ia mulai merasa sedikit lebih ringan dengan candaan ibunya. Widya berdiri, menyentuhkan tangannya ke bahu Reza.

Widya: "Tak apa kalau kamu masih takut. Kita coba pelan-pelan, sejauh yang kamu bisa. Oke?"

Reza mengangguk, masih tak yakin, tapi setidaknya dia bersedia mencoba. Mereka perlahan berjalan mendekati tepi air, dengan setiap langkah Reza merasa detak jantungnya berdebar semakin keras.

Episode 2: Ombak yang Mengajak Bermain

Pura kecil di atas pulau batu, 100 meter lepas pantai Balekambang. (Foto: Wikipedia/Utems)
Pura kecil di atas pulau batu, 100 meter lepas pantai Balekambang. (Foto: Wikipedia/Utems)

Reza dan ibunya perlahan mendekati tepian air, langkah Reza terasa berat dan penuh ragu. Air laut menciumi kakinya, dingin dan menyegarkan, mengingatkannya pada ketakutan yang selama ini menghantuinya. Namun, dengan ibunya di sisi, ia mulai merasa sedikit lebih aman.

Widya: (tersenyum) "Lihat, airnya tidak terlalu dalam. Coba ayunkan kaki kamu, rasakan ombaknya."

Reza: (mengangguk perlahan) "Oke, Bu."

Dia mulai bermain-main dengan air, mengayunkan kakinya perlahan. Sensasi air yang menyentuh kulitnya mulai terasa menyenangkan. Tawa anak-anak di sekitar mereka menambah suasana riang, membuat Reza sedikit lupa akan rasa takutnya.

Tiba-tiba, ombak yang lebih besar datang menyapu kakinya dengan kuat, membuatnya terhuyung ke belakang. Reza merasa panik seketika, matanya melebar penuh ketakutan.

Reza: (terkejut) "Bu!"

Widya: (segera menangkap tangannya) "Ibu di sini, Reza. Tidak apa-apa, ibu pegang kamu."

Reza merasakan detak jantungnya yang berpacu, tapi ia segera menyadari bahwa kedalaman air masih di batas yang aman. Dengan bantuan ibunya, dia berdiri kembali, napasnya mulai teratur.

Widya: "Lihat, kamu baik-baik saja. Ombak itu hanya ingin bermain, sayang."

Reza: (mencoba tersenyum) "Ombaknya... cukup nakal, ya, Bu."

Widya: (menertawakan komentar Reza) "Memang! Tapi kamu lebih berani dari ombak itu, kan?"

Reza merenung sejenak, kemudian mengangguk pelan. Dia mulai merasa bahwa ombak tidak seburuk yang ia bayangkan. Dengan dorongan dari ibunya, Reza mulai berani menghadapi ombak yang datang lagi, kali ini dengan lebih percaya diri.

Widya: "Ayo, kita ke tengah sedikit. Ibu janji, tidak akan lebih dalam dari ini."

Mereka berdua berjalan sedikit lebih ke dalam. Reza mulai menikmati sensasi ombak yang lembut menghantam kakinya, dan ketakutan yang dulunya menghantui perlahannya mulai pudar.

Reza: "Bu, aku rasa... aku bisa ini."

Widya: "Tentu kamu bisa, Nak. Ibu selalu tahu kamu bisa."

Mereka berdua tertawa bersama, dan Reza mulai merasa lebih bebas, seolah-olah beban yang lama ia pikul perlahan terangkat oleh ombak.

Episode 3: Bersama Melawan Ombak

Pantai Balekambang dilihat ke arah timur. (Foto: Wikipedia/Utems)
Pantai Balekambang dilihat ke arah timur. (Foto: Wikipedia/Utems)

Setelah beberapa saat bermain dengan ombak yang sebelumnya ia takuti, Reza mulai merasa lebih nyaman. Ibunya, yang selama ini mendampingi, memberikan dukungan dengan setiap gelombang yang datang.

Reza: (sambil tersenyum) "Bu, aku tidak percaya aku bisa berdiri di sini bersama ombak."

Widya: "Kamu sudah melangkah jauh, Nak. Ibu bangga sekali padamu."

Suasana di pantai Balekambang semakin hangat seiring matahari yang perlahan terbenam. Orang-orang di sekitar mereka mulai berkumpul, menikmati panorama senja yang menakjubkan, sementara Reza dan ibunya masih asyik dengan permainan mereka di tepian.

Reza: (berani) "Bu, aku mau coba masuk sedikit lagi. Bisa temani aku?"

Widya: (antusias) "Tentu, ayo kita hadapi bersama."

Mereka berdua berjalan lebih jauh lagi, dan Reza mulai merasa gelombang yang lebih besar menyapu kakinya. Kali ini, dia tidak panik. Ia belajar mengikuti irama ombak, merasakan kekuatannya dan bagaimana mengatasi dorongan-dorongan kecilnya.

Reza: "Bu, rasanya seperti aku sedang belajar menari dengan laut."

Widya: "Itulah yang terbaik dari laut, dia bisa menjadi guru yang hebat jika kita berani mendengarkan."

Tiba-tiba, sebuah ombak yang lebih besar dari sebelumnya mendekat. Reza menarik napas dalam, mengingatkan diri akan apa yang telah ia pelajari hari itu. Ia membiarkan ombak itu menghampirinya, merasakan adrenalin, tetapi kali ini dengan rasa percaya diri yang baru.

Reza: (tersenyum lebar) "Bu, aku tidak takut!"

Widya: (tersenyum bangga) "Lihat, kamu sudah jadi penguasa ombak!"

Ketika ombak itu berlalu, Reza tertawa kegirangan, terbebas dari rasa takut yang lama mengikatnya. Widya bergabung, dan mereka berdua berpelukan, merasakan kekuatan ikatan mereka yang semakin erat.

Widya: "Kamu sudah menaklukkan ketakutanmu, Reza. Sekarang, ombak adalah teman, bukan musuh."

Senja di pantai Balekambang menyaksikan momen penuh kemenangan bagi Reza. Hari itu bukan hanya tentang mengalahkan rasa takut, tetapi juga tentang menemukan keberanian untuk menghadapi tantangan yang lebih besar dalam hidup.

Reza: "Bu, terima kasih. Tanpa ibu, aku tidak mungkin bisa melakukan ini."

Widya: "Kita selalu lebih kuat bersama, Nak. Ibu selalu ada untukmu, dalam setiap langkah."

Mereka duduk bersama di pasir pantai, menatap langit yang berubah warna, merenungkan hari yang penuh dengan pelajaran berharga tentang keberanian, kepercayaan, dan kasih sayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun