objektif antara berbagai ideologi dan kebijakan.Â
Dalam dinamika pemilu legislatif, kita sering menganggap proses ini sebagai pertarungan yang transparan danNamun, aspek yang kurang mendapat perhatian adalah bagaimana bias kognitif memengaruhi keputusan pemilih.Â
Teori bias kognitif yang dicetuskan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky pada tahun 1974 memberikan pemahaman yang sangat berharga terhadap proses pengambilan keputusan yang menyimpang dari rasionalitas absolut.
Teori bias kognitif yang dikembangkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky ini dapat memberikan wawasan berharga dalam konteks pemilu, khususnya ketika pemilih memilih calon legislatif.Â
Beberapa prinsip bias kognitif yang dapat memengaruhi pemilu 2024 antara lain:
1. Heuristik Ketersediaan
Pemilih sering kali mengandalkan berita atau informasi yang paling mudah diingat yang baru-baru ini mereka dengar saat mengambil keputusan.Â
Dalam konteks pemilu, hal ini berarti bahwa kandidat yang lebih sering muncul di media atau yang baru-baru ini mengalami skandal (baik positif maupun negatif) cenderung lebih diingat oleh pemilih.
2. Efek Framing
Cara informasi disajikan memengaruhi keputusan. Misalnya, jika suatu kebijakan yang dibuat oleh seorang calon legislatif disampaikan dengan penekanan pada manfaatnya.
Pemilih mungkin akan lebih mendukung kebijakan tersebut dibandingkan jika kebijakan yang sama disampaikan dengan penekanan pada dampak buruknya.