Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sampah Visual dalam Politik, Ketika Wajah Menyeliputi Pesan

20 September 2023   22:15 Diperbarui: 18 Januari 2024   10:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah visual. (Foto: dok. pribadi)

Para politikus yang tidak bertanggung jawab dapat dengan mudah melepaskan tanggung jawab dan mengklaim bahwa mereka tidak tahu siapa yang memasang spanduk-spanduk tersebut. 

Hal ini menciptakan lingkungan di mana pelanggaran terus berlanjut tanpa sanksi yang tegas.

Dalam konteks ini, perlu ada peningkatan upaya penegakan hukum yang lebih baik untuk mengatasi masalah sampah visual ini. 

Pelanggaran harus diidentifikasi dengan jelas, dan sanksi yang sesuai harus diberlakukan agar politikus dan tim kampanye mereka lebih memperhatikan dampak lingkungan dan estetika perkotaan.

Mengakhiri Era Sampah Visual

Dalam mengakhiri opini ini, kita harus mengingat bahwa politik adalah tentang melayani masyarakat dan menciptakan perubahan yang positif. 

Sampah visual yang kita lihat setiap pemilihan hanya mengalihkan perhatian dari hal-hal yang seharusnya menjadi fokus utama: visi politik, moralitas, dan kemampuan untuk membawa perubahan yang baik bagi masyarakat.

Kita harus menjadi skeptis terhadap politikus yang lebih peduli pada penampilan mereka daripada pada pesan mereka. Kita harus menuntut lebih banyak dari mereka daripada hanya senyum dan janji-janji kosong. 

Kita harus meminta mereka untuk berbicara tentang isu-isu yang benar-benar penting bagi kita sebagai masyarakat.

Selain itu, dalam era digital yang semakin maju, kita harus mempertanyakan relevansi spanduk dan poster kampanye yang menghasilkan sampah visual ini. 

Media sosial dan internet telah memberikan alat yang kuat untuk berkomunikasi dengan pemilih tanpa merusak lingkungan dan estetika perkotaan.

Kita harus mendorong politikus untuk lebih kreatif dan berinovasi dalam kampanye mereka, menggunakan media digital untuk menyampaikan pesan yang lebih bermakna dan substansial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun