Politikus dapat memanfaatkan platform-media seperti Facebook, Instagram, atau Twitter untuk berbicara langsung kepada pemilih mereka.Â
Mereka dapat berbagi informasi yang lebih substansial, menjelaskan visi mereka, dan berinteraksi dengan pemilih secara langsung.
Dalam era digital ini, mengapa kita masih membuang sumber daya pada spanduk-spanduk besar yang hanya menciptakan sampah visual?
5. Janji-Janji Palsu dan Isu Moral
Sampah visual bukan hanya masalah estetika dan lingkungan. Ini juga mencerminkan masalah yang lebih dalam dalam politik modern: janji-janji palsu dan kurangnya pesan moral yang bermakna.Â
Terlalu sering, politikus menggoda pemilih dengan janji-janji yang tidak realistis atau bahkan tidak dapat mereka tepati setelah terpilih.
Pada saat yang sama, kita kehilangan pesan moral yang kuat dalam politik. Kampanye yang fokus pada isu-isu penting seperti hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan semakin langka.Â
Sebaliknya, kampanye lebih sering berfokus pada kepribadian dan citra publik politikus.
Sebagai pemilih, kita harus semakin skeptis terhadap janji-janji kosong ini dan menuntut lebih banyak substansi dari para politikus yang mencalonkan diri.Â
Kita perlu mengingatkan mereka bahwa politik bukan hanya tentang wajah dan nama besar, tetapi tentang perubahan yang dapat mereka bawa kepada masyarakat.
6. Tantangan Penegakan Hukum
Terakhir, tetapi tidak kalah penting, adalah tantangan penegakan hukum terkait dengan sampah visual ini. Meskipun ada peraturan yang mengatur pemakaian spanduk dan poster kampanye, seringkali sulit untuk mengidentifikasi pelanggaran dan mengenakan sanksi yang sesuai.