Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengungkap Praktik "Salami Slicing": Ancaman terhadap Kualitas Publikasi Ilmiah

14 September 2023   23:43 Diperbarui: 23 September 2023   16:30 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Supriyanto/Kompas.id

Di balik kecemerlangan dunia ilmiah yang kita hargai, terdapat cerita gelap yang kadang-kadang tersembunyi di balik jurnal-jurnal tebal, makalah-makalah berat, dan penemuan-penemuan luar biasa. 

Kami, sebagai peneliti dan penggemar ilmu pengetahuan, selalu percaya bahwa penelitian yang diterbitkan telah melalui serangkaian pengujian ketat, pengawasan, dan seleksi. 

Namun, seperti dalam banyak domain lainnya, ada kelemahan dalam dunia akademis, salah satunya adalah praktik yang mungkin tidak terlihat namun merusak, yang dikenal sebagai salami slicing.

Ilustrasi salami slicing dalam penelitian. Foto oleh Gabriele dari Pixabay 
Ilustrasi salami slicing dalam penelitian. Foto oleh Gabriele dari Pixabay 

Di dunia ilmiah, salami slicing adalah istilah yang mengacu pada tindakan memotong penelitian menjadi beberapa bagian kecil yang kemudian diterbitkan sebagai artikel terpisah. 

Pada permukaannya, ini mungkin terlihat seperti upaya produktif untuk membagikan temuan secara lebih luas. Namun, di balik praktik ini seringkali terdapat motif yang lebih gelap dan seringkali tidak etis.

Integritas Ilmiah: Tantangan dan Kendala

Penting untuk diingat bahwa dunia ilmiah adalah medan pertempuran yang kompetitif. Para peneliti sering merasa perlu untuk menerbitkan sebanyak mungkin, dengan tujuan membangun kredibilitas mereka dan mendapatkan pendanaan tambahan untuk usaha penelitian mereka. 

Sementara itu, lembaga-lembaga penelitian juga dapat memberikan tekanan kepada para peneliti mereka untuk meningkatkan produktivitas, terutama dalam hal publikasi. Beberapa peneliti mungkin tergoda untuk memanfaatkan praktik salami slicing untuk mencapai tujuan mereka.

Mari kita pertimbangkan contoh sederhana dari praktik salami slicing dalam publikasi ilmiah:

Seorang peneliti melakukan studi tentang pengaruh faktor X terhadap penyakit Y. Penelitian ini menghasilkan sejumlah data dan temuan yang signifikan. Namun, peneliti tersebut memutuskan untuk menerbitkan temuannya dalam beberapa artikel kecil sebagai berikut:

1. Artikel Pertama: Penelitian tentang pengaruh faktor X terhadap kelompok populasi A.

2. Artikel Kedua: Penelitian tentang pengaruh faktor X terhadap kelompok populasi B.

3. Artikel Ketiga: Penelitian tentang pengaruh faktor X terhadap kelompok populasi C.

Namun, seluruh penelitian ini dapat dengan mudah digabungkan menjadi satu dokumen yang mencakup dampak elemen X pada semua kelompok demografis (A, B, dan C) dan menyajikan hasil yang lebih lengkap. 

Praktik ini dapat dianggap sebagai salami slicing karena penelitian yang seharusnya digabungkan dalam satu publikasi utama dibagi menjadi beberapa artikel kecil dengan tujuan meningkatkan jumlah publikasi.

Pentingnya Integritas Publikasi Ilmiah

Publikasi ilmiah adalah salah satu dasar dari metode ilmiah. Para peneliti diberi kesempatan untuk menyebarkan penemuan mereka secara global, memberikan pembaca yang lebih luas kemampuan untuk mendapatkan dan menilai usaha mereka, dan memberikan kekuatan kepada sesama ilmuwan untuk membangun pemahaman baru berdasarkan prinsip-prinsip yang sudah ada. 

Untuk alasan ini, publikasi ilmiah harus memenuhi standar tertentu yang memastikan integritas dan kualitasnya.

Mengapa Salami Slicing Merugikan

Salami slicing merusak integritas publikasi ilmiah dalam beberapa cara yang signifikan:

1. Fragmentasi Temuan yang Seharusnya Disajikan Bersama-sama: Salah satu dampak terburuk dari salami slicing adalah fragmentasi temuan yang seharusnya disajikan bersama-sama dalam satu publikasi utama. 

Hal ini dapat menyebabkan informasi yang tidak lengkap atau bahkan salah paham oleh pembaca, yang pada gilirannya dapat menghambat kemajuan pengetahuan dalam bidang tersebut.

2. Peningkatan Berlebihan Publikasi: Praktik ini dapat menghasilkan tidak hanya peningkatan jumlah publikasi, tetapi juga jumlah yang sering kali melebihi substansi ilmiahnya. 

Ini menyebabkan inflasi dalam pemahaman komunitas ilmiah tentang produktivitas peneliti, yang pada akhirnya dapat merusak reputasi mereka.

3. Pemborosan Sumber Daya: Salami slicing membuang-buang sumber daya berharga dalam bentuk waktu dan uang, baik untuk para peneliti sendiri maupun lembaga penelitian yang mendukung mereka. 

Penelitian yang dipublikasikan secara parsial mungkin berarti bahwa penelitian yang sama perlu diulang atau diperluas, menghabiskan lebih banyak waktu dan anggaran.

4. Kurangnya Dampak Ilmiah yang Sejati: Akibat memisahkan temuan yang seharusnya terhubung adalah kurangnya dampak ilmiah yang sejati. Publikasi berlebihan dapat menghasilkan banyak kebisingan tanpa memberikan kontribusi signifikan pada pengetahuan ilmiah.

Tindakan untuk Mencegah dan Mengatasi Salami Slicing

1. Kebijakan Institusional yang Ketat

Institusi pendidikan dan penelitian harus memiliki kebijakan yang jelas dan ketat mengenai publikasi ilmiah. Kebijakan ini harus secara eksplisit melarang praktik salami slicing dan menetapkan sanksi untuk pelanggaran. 

Ini termasuk mengevaluasi publikasi berdasarkan substansi ilmiah, bukan jumlahnya. Institusi harus berinvestasi dalam memberikan panduan yang jelas kepada peneliti mereka tentang apa yang dianggap praktik etis dalam penerbitan ilmiah.

2. Peneliti perlu meningkatkan transparansi mereka tentang metodologi penelitian dan temuan dalam publikasi. 

Hal ini dapat dicapai dengan menyertakan semua temuan yang relevan dalam satu publikasi utama daripada membagi data menjadi artikel terpisah. 

Jika ada temuan tambahan yang perlu dibagikan, mereka harus dimasukkan sebagai bagian dari konteks yang tepat dalam satu publikasi. 

Dalam hal ini, penulis harus menjelaskan alasan pemisahan temuan, jika ada, dan bagaimana pemisahan tersebut secara signifikan berkontribusi pada pemahaman ilmiah yang lebih luas.

3. Pendidikan dan Pelatihan Etika Penelitian

Pendidikan etika penelitian harus menjadi bagian integral dari pelatihan penelitian. Peneliti muda harus diperkenalkan pada prinsip-prinsip dasar etika ilmiah, termasuk pentingnya integritas dalam publikasi ilmiah. 

Selain itu, pelatihan ini harus mengajarkan peneliti bagaimana menilai kualitas dan relevansi setiap studi atau temuan, bukan hanya jumlahnya.

4. Pemantauan Peer Review yang Ketat 

Peer review adalah salah satu pilar penting dalam menentukan kualitas dan validitas publikasi ilmiah. Jurnal dan penerbit harus memastikan bahwa proses peer review mereka ketat dan adil. 

Pemeriksaan yang lebih ketat harus diterapkan untuk mengidentifikasi tumpang tindih antara publikasi yang ditulis oleh penulis yang sama. 

Para pemeriksa harus memeriksa apakah ada data atau temuan yang sudah pernah dipublikasikan dalam artikel lain oleh penulis yang sama. Jika ada tumpang tindih, itu harus menjadi alasan serius untuk menolak publikasi atau meminta koreksi.

Dengan mengadopsi dan melaksanakan tindakan-tindakan ini, komunitas ilmiah dapat bekerja sama untuk mengurangi praktik salami slicing dan memastikan bahwa integritas ilmiah tetap menjadi landasan kritis dalam penelitian. 

Ini akan membantu menjaga kejujuran, kualitas, dan kemajuan sejati ilmu pengetahuan serta memastikan bahwa penelitian yang diterbitkan dengan benar memberikan kontribusi yang berarti pada pengetahuan umum.

***

Salami slicing adalah praktik merugikan dalam dunia penelitian ilmiah yang kita hargai. Ini dapat merusak integritas ilmiah dan menghambat kemajuan pengetahuan. 

Sangat penting bagi komunitas ilmiah dan lembaga-lembaga yang mendukungnya untuk bersatu dan berkomitmen  mengatasi praktik ini. 

Dengan melakukannya, kita dapat memastikan bahwa publikasi ilmiah tetap menjadi dasar kejujuran, kualitas, dan kemajuan dalam dunia penelitian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun