"Aku masih bingung, ini hanyalah sebuah mimpi atau kenyataan," ucap Liana kebingungan.
"Aku mempunyai banyak video dan cerita tentangmu dari sang pemuka di sini," ucap Gia kembali tanpa menggubris perkataan Liana. Semakin kebingungan, tidak lama dari itu sebuah layar televisi menyala dan memperlihatkan sebuah video yang bertuliskan tahun 2024. Bangunan-bangunan tinggi dan beberapa pepohonan terlihat masih subur, sangat berbeda dengan keadaan di daerah yang saat ini ia menginjakkan kaki.
"Ini adalah video dari 30 tahun yang lalu. Ayolah Liana, ceritakan bagaimana rasanya menghirup oksigen secara bebas dari pepohonan rindang itu, ceritakan bagaimana kalian tidak perlu memikirkan tentang bencana yang jarang terjadi, tidak seperti kami yang selalu memikirkan bagaimana untuk menghindari bencana yang sangat rutin ini," ujar Gia sedikit berkeluh.
30 tahun yang lalu? Maksudnya? Pikir Liana. Sungguh di luar jalan pemikirannya. Sangat tidak terpikirkan bahwa ia akan berada di masa kekuasaan itu menghancurkan berbagai hidup dan membuat menderita para keturunan-keturunannya.
"Bolehkah kamu tunjukkan kepadaku di mana rumah pemuka di daerah ini?" tanya Liana. "Aku bisa mengantarmu, tetapi kamu harus janji untuk menceritakan pertanyaan tadi nanti." Gia langsung mengajak Liana keluar dan membuka pintu.
Sesaat pintu terbuka, seekor kucing. Choco sudah berada tepat di depan rumah tersebut. "Choco akan mengantarkanmu ke rumah sang pemuka, jadi aku tidak perlu ikut," ucap Gia. Liana hanya mengangguk saja dan mengikuti kucing itu, tidak mau bertanya banyak. Ia hanya ingin mendapatkan semua jawabannya di rumah sang pemuka di situ. Ia pasti tahu cerita-cerita yang sangat jauh dari pemikiran Liana. Setelah beberapa saat berjalan mengikuti kucing itu, Liana berhenti di suatu rumah. Seorang lelaki berusia kurang lebih 50 tahun itu datang menghampirinya. Seperti sudah tahu akan kedatangan gadis itu. Tetapi sudahlah, sudah terlalu banyak kejadian yang terjadi di luar pemikirannya.
"Aku sudah sangat menunggu kedatanganmu. Bagaimana? Apakah kamu sudah menceritakan kehidupan saat 30 tahun yang lalu kepada keturunanmu itu?" tanya lelaki itu. Lagi-lagi ia dibuat bingung dengan pertanyaan tersebut. Apa yang harus ia ceritakan? Ia juga tidak paham dengan alur yang sedang ia jalani ini. Tiba-tiba ia dibuat berpikir sedalam ini. Padahal usianya masih belum cukup untuk menafsirkan segala pertanyaan dan kejadian yang saat ini terjadi.
Melihat raut Liana, lelaki itu tersenyum. "Aku melihat kebingungan itu di matamu, Liana."
Hah? Ia mengetahui namaku, padahal aku belum sama sekali memperkenalkan diriku.
"Kita boleh saja berubah seiring berjalannya masa, tetapi masa tidak akan mengubah siapa kita," ucap sang pemuka itu. "Aku sangat kebingungan dengan perkataanmu. Aku datang untuk menanyakan apa yang membuat aku bisa datang ke mimpi ini?" tanya Liana.
Lelaki itu hanya tertawa, "Kamu tidak sedang bermimpi Liana. Kamu benar-benar hadir di mana hasil dari keputusan di masamu akan terlihat di masa ini," ucap sang pemuka itu.