JOSHUA PAMIT PULANG
Kepada almarhum Brigadier J dan kekasih
Â
Bergetar suara berjalan perlahan dari bibir keluh, seperti berucap doa tertatih. Raut wajah melukis perjalanan meletihkan. Hampar kain putih mengganjal kepala, rebah penuh pasrah. Ia berkata pada kekasihnya:
Dik, aku sudah menciantaimu sekian purnama malam
Cintaku adalah cahanya yang tiada padam
Abadi meski tak terukir
Kisahnya mungkin akan berakhir
Aku hendak pulang
Ruang mata sang kekasih menjadi gelap. Cahaya hilang entah kemana. Sekelebat bayang kesedihan memenuhi udara yang panas. Denyut nadi seketika berjalan sangat lambat. Dada terjepit kabar berat yang datang menindih seketika. Tiada gerimis, meski mendung diawan nampak kelabu, angin bertiup tanpa arah. Dan musim tak lagi punya nama.
Dik, sungguh aku sedang melukis dalam hidupmu
Sebuah pelaminan pengantin berhias manik-manik emas
Gaun indah dari tenunan ulos Batak yang pantas
Dan aku telah mengundang ribuan penari untuk menghiburmu
Menggandeng lengan kirimu dialtar gereja suci
Berharap seribu doa kebaikan menaungi
Kisah ini mungkin tiada akan perna ada
Aku hendak pulang
Tepat ketika matahari beranjak ke ubun-ubun, di Jumat agung, gelegar petir menyambar membawa kematian. Petir cambuk api dari tangan angkara manusia tanpa hati, menembus dadanya. Yang 'ditolong Tuhan' kini kembali ke haribaanNya. Membawa kisah yang akan diadukan kepasa Sang Penolong.
Dik, carilah yang lain yang akan menggantikankuÂ
Disisi hatimu yang lain aku akan senatiasa mendampingi
Kenangan  bersama Kebaikan akan menjadi rahmat yang tinggi
Kisahku telah ditutup oleh tangan sang Takdir
Aku telah bersamaNyaÂ
Kematian yang agung membawa kebaikan dalam waktu. Setiap jengkal kejahatan yang tersembunyi dalam lipatan kegelapan, akan menyembur dengan wajah derita. Takdir bagi kejahatan adalah derita, takdir bagi kebaikan adalah kebahagiaan.
Dik, aku hanya menyisah satu kitab suci, yang setia menemani dalam waktu-waktu sendiriku
Kini tertinggal di pos keamanan ibu pertiwi, tempatku dulu mengabdikan waktu dan keringat
Ambilah untuk jiwaku, isinya adalah harta melimpah bagi hati yang mengabdi
Kisahku bersamu telah usaiÂ
Aku dalam rengkuh kasihNya, kini
 SM. Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H