Mohon tunggu...
Syafitri Pusparini Lestari
Syafitri Pusparini Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru dari sekolah inklusif. Semangat belajar dan belajar bersyukur saya dapatkan dari melihat peserta didik berkebutuhan khusus. Saya seorang guru dari tahun 2011 di sekolah dasar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

12 Februari 2023   20:00 Diperbarui: 12 Februari 2023   20:06 8272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada modul Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan kali ini tujuan pembelajarannya adalah calon guru penggerak dapat membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media serta CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Ada dua kutipan yang akan saya analisa. Yang pertama berdasarkan quote dari Bob Talbert yaitu  "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

1. Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Kutipan diatas sangat berhubungan dengan posisi saya sebagai pendidik atau pemimpin pembelajaran. Tugas kita sebagai pendidik adalah menuntun, mengajarkan budi pekerti, serta berpihak pada anak. Sebagai pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan dengan permasalahan peserta didik atau mengalami dilema etika sehingga seringkali kita akan membuat sebuah keputusan. Nilai-nilai kebajikan akan menjadi hal penting dalam pengambilan keputusan.   Sehingga pendidikan karakter murid atau kepentingan murid akan menjadi priorotas utama. 

2. Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Nilai-nilai atau prinsip saat pengambilan keputusan adalah keputusannya dapat dipertanggungjawabkan serta berpihak pada murid. Tentunya dengan tetap memperhatikan penanaman karakter pada murid itu sendiri.

3. Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Pada saat mengambil keputusan tentunya sebagai pemimpin pembelajaran saya memperhatikan kebutuhan murid, murid harus dapat berkembang ke arah lebih baik. Pembelajaran sosial emosional serta pembelajaran berdiferensiasi menjadi langkah dalam proses pembelajaran. Pendidik selalu menyelipkan PSE serta pembelajaran menyesuaikan gaya belajar murid sehingga harapannya siswa akan melewati proses pembelajaran yang tepat. 

Quote kedua dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel yaitu  Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

Kutipan tersebut sangat sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman da bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur. Hubungannya dengan modul 3.1 ini adalah pendidik sebagai pemimpin pembelajaran memiliki peran besar dalam membentuk manusia yang luhur budi pekertinya, sehingga pada saat mengambil keputusan terkait dengan peserta didik harus dapat menjembatani mereka untuk menjadi manusia yang akan lebih baik. 

Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):  

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka yaitu Ing ngarso sung tuladho, ing madya mangun karso, Tut Wuri Handayani memiliki keterkaitan dengan penerapan pengambilan keputusan bagaimana guru  pada posisi Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan.  Artinya guru pada saat mengambil keputusan dapat dijadikan panutan, bersifat berpihak pada murid dan didasarkan dengan rasa peduli. Kemudian Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Pada posisi pendidik maka dapat membangun kerukunan peserta didik dan  Tut Wuri Handayani, pendidik harus memberikan dorongan moral dan semangat kinerja kepada peserta didik. 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Penanaman nilai-nilai kebajikan sangat mempengaruhi pada saat pendidik mengambil keputusan. Nilai-nilai yang dijadikan pedoman yaitu adil dan rasa tanggungjawab. Adil dalam menentukan sebuah keputusan sesuai dengan tempatnya kemudian dapat dipertanggungjawabkan. 

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Proses coaching terjadi diskusi antara dua orang yaitu coach dengan coachee. Coach akan hadir sepenuhnya, mendengarkan dengan baik, menggali potensi coachee dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot. Pada saat coaching inilah nantinya alur TIRTA dilakukan Tujuan, identifikasi, rencana aksi dan tanggungjawab. Rencana aksi masuk pada pengambilan keputusan, apa yang akan dilakukan kemudian diakhiri dengan tanggungjawab atas apa yang sudah menjadi keputusan. 

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pada saat di posisi harus mengambil sebuah keputusan tentunya pada diri kita harus sadar bahwa keputusan kita akan menjadi penyelesaian akhir maka harus dengan sadar dan dipikirkan dengan matang dan dewasa sehingga hasilnya tidak akan merugikan banyak pihak. Kemudian pada saat terjadi dilema etika maka sosial emosional kita harus terus diasah menghadapi sebuah permasalahan. 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Adanya pendampingan yang tentunya harus berpihak pada anak. Misalnya pada kasus dilema etika, pendidik harus memilih dua pilihan dan dua-duanya benar maka disatu sisi harus tetap ada penanaman nilai sehingga akan muncul motivasi instrinsik dari peserta didik dan pada akhirnya adalah kebaikan untuk karakternya. 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat sehingga akan terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah dengan memperhatikan 9 langkah pengujian ketetapan pengambilan keputusan. Ketika proses ini dilakukan tentunya didalamnya akan muncul paradigma dan prinsip pengambilan keputusan apakah berbasis  hasil akhir, berbasis nilai-nilai atau berbasis rasa peduli dan hasilnya tentunya akan terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk semua pihak yang terlibat. 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah bagaimana terampil dalam berkomunikasi dengan pihak yang terlibat. Pada saat komunikasi tidak terbangun tentunya akan mempengaruhi apakah keputusan yang diambil akan baik atau tidak. Paradigma yang muncul juga perlu dianalisa apakah permasalahan ini melibatkan banyaknya kelompok, kesetiaan, belas kasihan dan mempengaruji jangka panjang bagi pihak yang terlibat. Ketika tantangan dapat diatasi tentunya akan berkorelasi dengan paradigma yang diambil pada permasalahan tersebut. 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pendidik pada era sekarang ini memiliki kewajiban dalam membentuk profil pelajar Pancasila artinya elemen-elemen pada P3 selalu dimunculkan pada proses pembelajaran. Maka tugas pendidik dalam menyiapkan pembelajaran harus dapat memfasilitasi potensi peserta didik, dan disinilah pendidik harus dapat mengambil keputusan untuk menjadi pendidik yang baik atau istilah dari Ki Hajar Dewantara adalah pendidik adalah petani. Cara pendidik dalam memutuskan pembelajaran yang berbeda-beda dengan pembelajaran berdiferensiasi melihat kesiapan murid, minat dan profilnya. Sehingga proses pembelajarannya baik konten, proses menjadi penting sehingga murid dapat menghasilkan produk. 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pendidik sebagai pemimpin pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah bagaimana pendidik itu menuntun muridnya dengan penanaman karakter menuju cita-citanya, kemudian pendidik itu ibarat petani maka bagaimana pendidik itu harus jeli melihat potensi muridnya sehingga menjadi manusia seutuhnya. Pendidik juga ibarat suri tauladan akan memberikan contoh bagaimana nilai-nilai kebajikan  selalu tertanam sehingga tercipta budaya positif di sekolah. Pendidik juga tetap memperhatikan sipta, rasa, dan karsa sehingga sellau menciptakan pembelajaran yang kreatif. Dari keseluruhan tadi tentunya pendidik akan berpihak pada murid. 

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan pada modul ini sangat memiliki keterkaitan dengan modul- modul sebelumnya antara lain penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara, peran dan nilai guru penggerak, visi guru penggerak, budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, Pembelajaran sosial emosional dan coaching. Pada saat mengambil keputusan peran kita sebagai pendidik harus menjalankan peran kita dan melihat tujuan dari pemikiran Ki Hajar dewantara, setelah itu keputusan itu harus menciptakan budaya positif, disini PSE dan coaching sangat digunakan. 

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya selain didapat dari proses literasi pada modul juga diperkuat atas panduan dari fasilitator dan instruktur. Pengertian dilema etika dengan bujukan moral yaitu apabila ada dua pilihan kemudian dua-duanya benar adalah dilema etika sebaliknya jika ada dua pilihan benar dan salah itu adalah bujukan moral. Empat paradigma pengambilan keputusan yang saya pelajari dapat saya analisa apakah permasalahannya masuk pada salah satu paradigma kemudian  3 prinsip pengambilan keputusan kemarin beberapa yang saya analisa masuk pada berbasis rasa peduli, kemudian saya kemarin bertanya apakah permasalahan itu bisa lebih dari satu prinsip atau ada lagi prinsip diluar yang dipelajari. Yang terakir  9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang dilakukan harus berurutan sehingga akan memudahkan langkah sampai menuju refleksi permasalahan.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Tentunya pernah, pada saat itu keputusan yang saya ambil sebagai pemimpin pembelajaran adalah bagaimana siswa ini dapat menyadari kekeliruan dan akan mucul kesadaran pada dirinya dan yang saya ambil adalah rasa kepedulian. Ketika sekarang belajar modul ini, pada saat itu saya ambil prinsip rasa keadilan melawan rasa belas kasihan, kemudian prinsipnya aalah berbasis rasa peduli.    

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Tentunya ini akan menjadi pedoman pada saat mengambil keputusan, 9 langkah pengujian pengambilan keputusan juga dapat dijadikan sebagai analisa pada saat menyelesaikan permasalahan dilema etika. 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Penting sekali, karena pada saat mengambil keputusan kita harus dalam keadaan yang stabil secara emosional dan pada saat menjadi pemimpin tentunya keputusan kita akan berdamak pada sebuah penyelesaian masalah sehingga modul ini ketika dijadikan pedman akan memudahkan kita dalam mengambil keputusan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun