Perilaku tidak kepedulian masyarakat Indonesia terhadap lingkungan
Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap lingkungan jadi tantangan tersendiri. BPS dalam surveinya merilis Indeks Ketidak peduliaan masyarakat Indonesia dalam pengelolaan sampah. Dari skala 0-1, indeksnya mencapai angka 0,72, artinya 72% orang Indonesia tidak peduli terhadap persoalan sampah.
Persoalan edukasi dan kultur yang ada di keluarga dan masyarakat turut memiliki andil terhadap perilaku ketidak kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Padahal, persoalan edukasi ini menjadi sangat penting dalam konteks pengendalian sampah di Indonesia.
Pemberian edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan bahaya sampah plastik merupakan sikap yang harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini.
Pendidikan lingkungan yang baik yang diberikan akan membentuk karakter yang dimulai sejak usia dini dan akan menjadi kebiasaan atau kultur anak di masa depan.
Data Adipura menyebutkan, sumber sampah rumah tangga menyumbang 36 persen, melebihi timbunan sampah dari pasar tradisional sebesar 24 persen.Â
Pada dasarnya kemasan plastik maupun kertas yang dikonsumsi rumah tangga bisa didaur ulang. Sayangnya, proses pemilahan sampah tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, collecting system masih berada di angka belasan persen.
Jika gerakan 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle berjalan dengan baik di masing-masing rumah tangga, maka jumlah sampah otomatis selesai di level hulunya tanpa sempat menjadi tumpukan sampah. Namun faktanya, sampah yang selama ini diangkut tidak pernah dipilah. Untuk itu, pemberian edukasi menjadi sangat penting.
Gerakan bank sampah menjadi salah satu yang diharapkan bisa mendorong masyarakat melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah. Melalui gerakan tersebut, sampah bisa menjadi sumber daya. Bukan hanya sampah berbahan plastik, melainkan juga kertas, karet, hingga logam.
Rendahnya tanggung jawab industriÂ
Sektor industri pada elemen yang lebih luas, turut andil dalam peningkatan kuantitas sampah. Produk yang dihasilkan cenderung menjadi sampah setelah sampai pada fase konsumsi.Â