Mohon tunggu...
syafa'atun aisya
syafa'atun aisya Mohon Tunggu... -

wanderer wanabe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beragama dengan Santai

5 November 2010   20:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:49 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Tergantung masing-masing sih. Ada yang percaya ada yang gak..” jawabannya sedikit menenangkan saya.

“Lu juga gak sembahyang?” tanya saya pada teman yang lain. Laki-laki yang juga berperawakan Cina. Bahkan namanya pun masih menggunakan nama Tionghoa.

“Ih.. gue gak sembahyang begituan kali. Tiap Minggu gue dah ke gereja. Lagian gue juga gak ngerti sama yang beginian..” Ia tampak enggan dihubung-hubungkan dengan ritual di klenteng ini.

”Eh, Dewi Kwan Im-nya kayak apa sih, Koh?” Saya bertanya penasaran pada si penjaga.

”Lha itu..” Ia merujuk pada gambar besar dengan pigura kaca. Tertempel di sudut ruangan. Seorang putri cantik berjubah putih berdiri diatas kepala naga yang tengah meliuk-liuk di tengah samudera. Sosok sang Dewi mengingatkan saya pada Nyi Roro Kidul. Ratu cantik penguasa laut Selatan di Jawa.

”Asalnya dari laut sana.” Si penjaga melanjutkan. Menunjuk ke luar klenteng. Pemandangan lautan terhampar dari altar halaman depan ruang utama klenteng.

”Eh namanya siapa Koh..?” Saya bertanya mengakhiri.

”Aliong.”

Kamsia ya Koh..”

II

Hari Minggu menjadi hari yang spesial buat saya selama tinggal di Oslo. Pada hari itu saya memiliki agenda rutin berkunjung ke gereja-gereja yang ada di kota ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun