Manusia diberikan pikiran yang membedakan dengan makhluk hidup lainnya. Dalam kurban, dimensi kesalehan sosial yang dilatih dalam pelaksanaan kurban di hari raya Idul Adha. Memang tidak otomatis terbentuk, tapi manusia itu sendiri dipaksa mencari dengan perangkat pikirannya yang telah diberi. Ada yang berhasil memahami, ada yang belum sama sekali. Bukankah Nabiyullah Ibrahim dalam kontemplasi mencari Tuhan juga butuh waktu dan memakai pikiran? Bukankah hal demikian juga dialami oleh Baginda Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW sebelum menerima wahyu pertama? Mari kita kontemplasi mencari terus mencari makna Cinta sejati. Semoga hati kita sekalian diIbrahimkan oleh-Nya yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H