Sebuah taksi berhenti tepat di tempat parkir sebuah universitas negeri yang cukup terkenal di kota itu. Beberapa saat kemudian, tampak seseorang yang turun dari taksi tersebut. Seseorang dengan jilbab merah maroon yang menutupi kepalanya dan gamis merah muda yang menjuntai sampai telapak kakinya, tak lupa dengan tas selempang di bahunya. Beberapa saat ia terdiam setelah keluar dari taksi itu, melihat ke sekelilingnya, dan mencari-cari seseorang yang menjadi tujuan kedatangannya, bahkan ia tak menyadari bahwa taksi yang ditumpanginya sudah pergi begitu saja. Sampai ada sesosok yang melambaikan tangan kepadanya dengan senyum lebar tuk menyambut kedatangannya. Ia tertegun sejenak melihat sesosok yang sudah tampak jelas semakin mendekatinya, ada yang aneh. Sampai sesosok itu tepat di depan matanya.
"Rum!!" panggil sosok itu.
Kini ia memperhatikan betul-betul sosok yang sedang tersenyum di depannya, pandangannya antara ragu dan tidak percaya. Sampai sebuah kalimat keluar dari mulutnya, tanpa disadarinya,
"Kimya, kamu kenapa?"
--
"Aku akan ke Amerika, Kimya."
"Benarkah, Rum?? Kamu mendapatkan beasiswa itu?" tanya Kimya dengan melebarkan matanya, antara senang dan tidak percaya.
"Alhamdulillah, Allah swt. mengizinkanku sekolah di sana," jawab Rum dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Yeeey, doa kita terkabul, Rum, kamu bisa sekolah di Amerika dan aku bisa mewujudkan mimpiku menjadi dokter," seru Kimya hampir berteriak karena terlalu senang mendengar kabar yang telah lama dinantinya.
"Sssssttt, kecilkan suaramu, Kimya," perintah Rum sembari menengok sekitar, melihat apakah ada yang terbangun mendengar suara mereka atau tidak.
Jam menunjukkan pukul satu dini hari, suasana teramat sepi, hanya terdengar suara mereka berdua dan beberapa hewan malam yang sedang melangsungkan aktivitasnya, mungkin hanya mereka berdua yang masih terbangun pada saat ini, ketika hampir semua santriwati sudah merebahkan tubuhnya, membawa jiwanya untuk melayang diantara berbagai mimpi kehidupan.