Siasat Duryudana agar raja menunjuk Widura sebagai utusan ke Indraprasta terbukti berjalan dengan baik. Terbukti Yudistira cs, meskipun awalnya tidak bersedia menerima undangan, namun karena bahasa dan menganggap Widura yang sudah memberikan banyak bantuan, akhirnya mereka bersedia datang.Â
Sebagai konsekuensi pastinya mereka harus mempersiapkan segala sesuatu untuk melakukan perjalanan jauh dalam rombongan, termasuk membagi tugas siapa yang bertanggung jawab menunggu dan mengurus istana yang masih dalam taraf pembangunan pada saat ditinggal pergi.
Terdorong rasa sayang terhadap putra-putranya, Ibu Kunti ikut pula bersama rombongan ke Astinapura untuk memenuhi undangan para keponakannya. Dewi Drupadi tidak tega melihat ibu dan suaminya pergi, meskipun harus menempuh perjalanan yang berat, ikut menemani di dalam rombongan. Beberapa urusan rumah tangga sudah diserahkan kepada para petugas yang sudah terbiasa mengelola urusan dalam keputren.
Sesuai hari yang telah diperkirakan, setelah menempuh perjalanan sulit dan panjang, rombongan dari Indraprasta pun tiba di istana Astinapura, ibukota kerajaan Astina. Upacara penyambutan dipimpin oleh raja beserta para pembesar sebagai penghormatan bagi kedatangan tamu yang sebenarnya masih kerabat dalam raja.Â
Setelah upacara resmi dan beberapa acara basa-basi, tamu rombongan disilakan untuk menuju penginapan di dalam lingkungan istana yang memang sudah dipersiapkan dengan baik.
Duryudana beserta saudara-saudaranya menyebut dirinya Kurawa, yang berarti keturunan dari dinasti Kuru penguasa Astina. Sementara itu Yudistira beserta adik-adiknya disebut dengan Pandawa, yaitu keturunan dari Prabu Pandu.
Acara sukan (dugem, dunia gembira) pun dimulai, masing-masing membuat kelompok (kalangan) terdiri dari 4 – 6 orang. Permainan kartu ceki pun dimulai, biasa saja sambil rokokan, kebal-kebul, cekikikan, sat-sut, bontang-banting kartu.Â
Tak lupa minuman penghangat teh, wedang jahe, ciu, bir pletok, arak, dan sebangsanya. Gending dan tarian-tarian pembuka acara sudah biasa disajikan yang sedikit bernuansa sakral, dan dilanjutkan dengan yang lebih ngebeat mengiringi tayuban, ledek, ronggeng.
Main kartu ceki seperti main kartu bridge, bisa menguras pemikiran karena dimainkan secara tim dan harus konsentrasi. Bagi para pemain yang terbiasa tentu tidak ada masalah seperti halnya para pecatur profesional.Â
Namun tetap saja membutuhkan alur pemikiran yang cukup njelimet. Sengkuni memberi kode kepada Duryudana untuk memulai mengeluarkan permainan dadu dan ia bertindak sebagai bandar.
Duryudana segera mengeluarkan peralatan permainan dadunya. Permainan ini sering disebut gluduk, klotok, kopyok, koprok, kelabang, atau cliwik. Ada 3 buah dadu pada masing-masing sisi di beri warna atau gambar berbeda, yaitu merah, kuning, hijau, tanda plus, bulatan, dan tanda minus. Ketiga dadu ditaruh di atas piring dan ditutup dengan penutup agar tidak terlihat.