Alkisah, ada satu kerajaan besar. Agoria namanya. Di sana, rakyat hidup berkecukupan dan bahagia. Mereka diperintah seorang raja bijaksana. Sang Raja pun memiliki seorang putri yang cantik jelita lagi baik hatinya.
Namun suatu hari bencana datang. Putri raja diculik seekor naga bernama Gargatua. "Siapa yang berani ingin menyelamatkan sang Putri, silakan datang menjemput ajal ke gua Hillenesia ... hahahaha," Gargatua mengancam sambil membawa sang Putri.
 Tak tinggal diam, sang Raja mengerahkan pasukan untuk menyelamatkan sang Putri. Akan tetapi, upaya itu sia-sia. Banyak prajurit terbaik kerajaan pulang dalam keadaan terluka.Â
 Salah seorang prajurit itu mengabarkan kepada Raja, "Yang Mulia, Gargatua sesumbar percuma mengalahkannya dengan senjata. Dia berkata bahwa jika ada yang mampu menjawab tiga teka-tekinya, ia akan melepaskan Sang Putri. Hanya saja, jika orang itu gagal menjawab, Gargatua tidak akan segan-segan menyemburkan apinya dan menghabisi nyawa orang itu."
 Akhirnya, Raja mengadakan sayembara untuk menyelamatkan sang Putri. Barang siapa bisa menyelamatkan sang Putri, dia akan diangkat menjadi pewaris tahta kerajaan.Â
 Kebetulan, di wilayah kerajaan tibalah seorang pengembara bernama Jason. Dia mendengar kabar soal sayembara itu. Langsung, Jason menghadap sang Raja menyatakan keinginannya ikut serta.Â
 "Yang Mulia, perkenankan hamba mencoba untuk menyelamatkan sang Putri."
 "Hmmm, kau hanya pengembara, Jason. Tidakkah kau sayang jika nanti kehilangan nyawamu di negeri asing nanti?"
 "Kepentingan hamba hanyalah menyelamatkan sang Putri, Yang Mulia. Juga, ada alasan lain yang belum bisa hamba beritahukan."
 "Baiklah, berangkatlah kau, Jason. Semoga Tuhan melindungi."
 Berbekal restu Raja, Jason segera menuju gua Hillenesia. Di mulut gua, hawa panas sudah terasa. Jason langsung menyatakan kedatangannya.
 "Gargatua, keluarlah kau. Aku, Jason, siap menghadapi teka-tekimu."
 "Grrr .... Satu lagi manusia yang siap mati. Apakah kau sungguh siap menjawab tiga teka-tekiku?"
 "Silakan, Gargatua. Tapi ingat kau harus menepati janjimu jika aku berhasil menjawab semua teka-tekimu."
 "Grrr.... Baiklah. Teka-teki pertama: Malam, Kapak, Katak. Dengan satu kata, jelaskan persamaan ketiga kata itu."
 "Wahai Naga, 'Keajekan' adalah jawabannya. Sebab, ketiga kata itu sama atau ajek jika dibaca dari depan maupun dari belakang. Dulu orang pandai Yunani, Parmenides, pernah berkata bahwa dunia ini bayang-bayang belaka. Artinya, kebenaran itu ajek dan tak pernah berubah."
 "Pintar kau, anak muda," ujar Gargantua kesal. "Kalau begitu, pikirkan baik-baik teka-teki kedua ini. Dia ditakuti semua raja. Makhluk terkuat pun tak berdaya dibuatnya. Namun, semua makhluk sebenarnya pasti pernah berjumpa dengannya. Hanya, mereka sering tidak menyadarinya. Siapakah dia?"
 "Sungguh kau ingin menipuku, Gargantua. Bukan siapakah dia, tapi apakah dia? Karena, jawabannya adalah Waktu. Kita semua punya waktu. Akan tetapi, ketika waktu kita habis di dunia, semua tak berdaya. Semua raja pasti akan mangkat. Demikian juga semua makhluk akan musnah."
 "Hhhhh... hebat kau anak muda. Pertanyaan terakhir kalau begitu. Jika kau berhasil, sang Putri akan aku serahkan. Namun jika kau gagal, kau tampaknya tidak akan bisa pulang dengan selamat."
 "Baiklah, Naga. Apa teka-teki terakhirmu?"
 "Sederhana, anak muda. Jelaskan makna kedua teka-tekiku sebelumnya tadi".
 "Oh, ternyata itu teka-teki terakhirmu, Naga. Simak jawabanku baik-baik: Manusia punya waktu terbatas di dunia ini. Akan tetapi, dia punya kesempatan menjadi ajek. Yaitu, jika dia mewariskan kebaikan yang terus mengalir. Itulah kebaikan yang selalu dikenang sepanjang masa. Sekaligus, jawaban bagi teka-teki terakhirmu."
 Secara mengejutkan, tiba-tiba Gargatua berteriak keras. Sekujur tubuhnya merah membara. Terdengar suara ledakan, lalu terlihat kepulan asap. Seiring menipisnya asap, muncullah sosok orang tua berjanggut putih. Herannya, orang tua itu langsung memeluk Jason.
 "Jason, apa kabarmu selama ini, Nak?" sapa sang orang tua dengan suara penuh haru.
 "Baik-baik, Ayah. Ananda sangat senang karena akhirnya berhasil membebaskan ayahanda Raja dari kutukan."
 "Ya, setelah sekian tahun, akhirnya kau berhasil menemukan jawaban dari teka-teki ibumu yang telah mengutuk aku. Memang, sebagai Raja di Ameria, aku bersalah karena terlalu asyik berperang menaklukkan kerajaan lain. Sampai-sampai ibumu meninggal karena kesepian. Bahkan, saking bencinya kepadaku, ibumu yang dulu seorang penyihir mengutukku menjadi naga. Aku hanya bisa kembali menjadi manusia jika ada yang berhasil menjawab teka-tekinya."
 "Ayahanda Raja, ada satu hal yang perlu Ananda sampaikan. Sebenarnya, ibu tidak membenci Ayah. Beliau sebelum wafat sempat berpesan kepada Ananda bahwa kutukan dan teka-teki itu semata bertujuan menyadarkan ayah dari hawa nafsu dan keserakahan. Sebab, hanya kebaikanlah yang akan abadi, bukan kejayaan manusia."
 "Oh, begitu ya," Sang Raja meneteskan air mata. "Aku salah selama ini. Sungguh harga yang mahal bagi hikmah yang aku dapat. Namun cukup ceritamu, Jason. Mari kita ke istana Sang Raja dulu mengantarkan sang Putri. Aku juga perlu minta maaf kepada beliau."
 Akhirnya, Raja Agoria sangat bahagia melihat keselamatan putrinya. Setelah mendengar cerita Jason dan ayahnya, Raja Agoria pun menikahkan Jason dengan sang Putri. Adapun ayah Jason kembali ke kerajaannya dan menjadi raja yang semakin bijaksana memerintah negerinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI