Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... Penulis - magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemunduran Demokrasi Kita, Kegagalan Pengamalan Pancasila Mewujudkan Kesetaraan Warga

21 Januari 2025   12:55 Diperbarui: 21 Januari 2025   10:40 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kover buku Perihal Keadilan yang memuat pemikiran John Rawls (Sumber: koleksi pribadi)

Berdasarkan teori Rawls dan kerangka kerja Pancasila sebagai batas minimal bernegara, kita bisa mengatakan kemunduran demokrasi di Indonesia sebangun dengan kegagalan pemerintah menciptakan kesetaraan antar warga negaranya maupun memenuhi esensi dari Pancasila. Bagaimana mau sama jika rasio Gini kita yang menunjukkan ketimpangan sosial masih tinggi di angka 0,381? Ketimpangan ini melahirkan kaum oligarki modal, yang lantas bersekutu dengan elit oligarki politik. Mengapa oligarki politik? Karena kekuasaan politik didominasi segelintir muka lama atau muka-muka baru yang terafiliasi muka lama alias dinasti politik. Karena kepentingan oligarki adalah mempertahankan kekayaan maupun kekuasaan, Herbert Marcuse mengingatkan kombinasi oligarki politik dan modal itu berisiko melahirkan sistem politik ala sindikat yang meminggirkan rakyat  (Valentinus Saeng, Herbert Marcuse, Gramedia, 2012). Peminggiran rakyat itu terjadi baik darisegi kebebasan masyarakat, partisipasi publik, maupun kesejahteraan sosial.

Karena itu, pemerintah sebaiknya tidak lagi banyak berlindung di balik retorika terkait kemunduran demokrasi. Sebaliknya, pemerintah harus mulai menyadari untuk mengamalkan esensi Pancasila sebagai batas minimal bernegara. Sebab kalau tidak, negeri ini bisa berpotensi semakin jauh dari cita-cita reformasi.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun