Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suara Toa di Gereja dan Sarana Kerukunan Umat Beragama

14 Desember 2024   10:02 Diperbarui: 14 Desember 2024   10:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu toa kecil, nylempit di pojokan, tetapi suara tiada tara (Sumber: Dokumen Pribadi) 

Suara Toa di Gereja dan Sarana Kerukunan Umat Beragama

Oleh: Suyito Basuki

Jam menunjukkan 07.30, hujan mereda tetapi gerimis masih terasa.  Dingin menyelimuti tubuh, ada keengganan untuk bergerak.  Tiba-tiba terdengar alunan lagu dari kantor gereja yang disuarakan oleh pengeras suara toa yang diletakkan di atas teras gereja.

Lagu awal yang terdengar bersyair: karna begitu besar Allah cinta dunia/ hingga dikorbankan anak-Nya yang tunggal/ supaya yang percaya jangan binasa/ melainkan dapat hidup kekal.  Lagu ini bersumber dari ayat alkitab Yohanes 3:16.

Setelah lagu itu berakhir berlanjut dengan lagu-lagu tema natal.  Saat tulisan ini dibuat, lagu yang mengalun adalah: Hai Dunia Gembiralah...Rajamu tlah datang...

Baru Beberapa Tahun

Mengalunkan musik melalui toa di gereja berlangsung belum lama, baru beberapa tahun yang lalu dimulainya.  Hal ini sudah dibicarakan dalam rapat di gereja, bahwa perlu memberi suasana bulan Desember dengan aroma  natal melalui musik gereja yang diperdengarkan kepada jemaat.

Sedikit info saja, di dusun kami Kedung Penjalin Jepara terdapat 95 persen warga yang berjemaat di GITJ Kedung Penjalin.  Dusun Kedung Penjalin adalah salah satu pedusunan di desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. 

Di desa Karanggondang terdapat pedusunan: Kedung Penjalin, Pailus, Ploso, Balong Arto, Kedung Mulyo, dan Ngemplik. Jumlah jemaat dengan beberapa denominasi gereja hampir imbang dengan jumlah umat Muslim.  Desa Karanggondang menjadi daerah percontohan desa toleransi kehidupan beragama  di Jepara.

Kehidupan toleransi itu nyata sekali.  Jika ada umat Kristen sedang berkesusahan, maka umat Muslim akan datang ikut membantu dan takziah, demikian pula sebaliknya.  Kepala desa dan aparat desa akan hadir jika diundang dalam acara-acara keagamaan yang diadakan oleh umat Kristen dan umat Muslim.

Dalam acara bersih desa yang biasanya diadakan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, malam sebelumnya diadakan pertemuan di balaidesa dengan gelar doa bersama.  Yang berdoa adalah bapak kiyai atau modin mewakili umat Muslim dan bapak pendeta mewakili umat Kristen.  Saya pernah beberapa kali diminta untuk berdoa juga.

Saat Songsong  Hari Undhuh-Undhuh

Alat speaker toa selain digunakan untuk memperdengarkan lagu-lagu rohani di bulan Desember seperti sekarang ini, juga digunakan untuk melakukan "bendhe".  "Bendhe" itu sebenarnya sebuah tabuhan dalam bentuk seperti kempul alat musik kerawitan yang ditabuh memberi perhatian maklumat atau perintah raja pada zaman dahulu diwartakan.

Tapi "bendhe" dalam wujud alat speaker toa digunakan untuk mewartakan adanya peringatan undhuh-undhuh di gereja kami.  Satu tahun sekali pada waktu memperingati hari Pentakosta jemaat mengadakan hari undhuh-undhuh, yakni jemaat mempersembahkan hasil bumi dan hasil karyanya kepada gereja sebagai bentuk ucapan syukur.  Barang-barang yang telah dipersembahkan kepada Tuhan melalui gereja tersebut kemudian akan dilelang, hasilnya akan dimasukkan ke kas gereja untuk memenuhi berbagai kebutuhan gereja.

Supaya warga jemaat sadar bahwa hari besok adalah hari undhuh-undhuh, maka alat speaker toa dengan diletakkan di atas mobil yang berjalan mengitari dusun, warta hari undhuh-undhuh dikumandangkan.

 

Kerukunan Umat Beragama

Pada waktu saya masih kecil hidup di sebuah kampung di Kecamatan Semarang Selatan, toa digunakan untuk mengumumkan kematian warga desa.  Pada waktu itu aparat desa berjalan keliling desa dengan menyuarakan terompet dan memberi pengumuman lewat toa kecil yang dibawa.

Toa juga digunakan untuk pengeras suara saat orang-orang memiliki hajatan mnenikahkan anaknya.  Toa akan dipasang di pohon yang tinggi supaya warga desa bisa mendengarnya.  Lagu-lagu yang disetel melalui toa pada waktu itu yang populer antara lain lagunya Oma Irama atau Ida Laila.

Di Kelurahan Tambakboyo Ambarawa, dimana sekarang ini kami tinggal, meski masih ber-KTP Jepara, toa masih digunakan untuk mengumumkan warga yang meninggal.  Masjid akan menyuarakan toanya itu untuk kebutuhan sosial warga tersebut tidak memperhitungkan warga masyarat yang meninggal beragama Islam atau apa.

Meski toa banyak digunakan di masjid-masjid untuk kegiatan kerohanian mereka dalam melantunkan adzan, pengajian, ceramah-ceramah para ustad,  tetapi rupanya juga tidak meninggalkan fungsi sosialnya.

 

Murah Meriah

Penggunaan toa sebagai alat speaker atau pengeras suara memang murah meriah.  Toa tidak memerlukan mixer dan peralatan sound system lainnya yang ribet.  Bahkan jika mau menggunakan toa sebagai pengeras suara untuk menyampaikan pengumuman pada khalayak yang terbatas bisa gunakan toa kecil yang bisa dibawa ke mana-mana, tinggal pencet bagian on, kemudian tinggal bersuara.  Penjual-penjual obat dan sekarang penjual tahu bulat digoreng dadakan menggunakan alat pengeras suara toa ini juga .

Penggunaan toa di gereja kami untuk lantunkan lagu-lagu rohani jelang natal tahun ini juga tak lepas dari pertimbangan alat toa yang murah meriah ini.  Saat tulisan ini di alinea terakhir, lagu yang mengalun melalui toa yang ada di gereja adalah: muliakanlah...muliakanlah...Tuhan Allah...Maha Tinggi...damai sejahtera turun ke bumi...

Merdunya suara dari toa ya...

Jepara, 14 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun