Dalam acara bersih desa yang biasanya diadakan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, malam sebelumnya diadakan pertemuan di balaidesa dengan gelar doa bersama. Â Yang berdoa adalah bapak kiyai atau modin mewakili umat Muslim dan bapak pendeta mewakili umat Kristen. Â Saya pernah beberapa kali diminta untuk berdoa juga.
Saat Songsong  Hari Undhuh-Undhuh
Alat speaker toa selain digunakan untuk memperdengarkan lagu-lagu rohani di bulan Desember seperti sekarang ini, juga digunakan untuk melakukan "bendhe". Â "Bendhe" itu sebenarnya sebuah tabuhan dalam bentuk seperti kempul alat musik kerawitan yang ditabuh memberi perhatian maklumat atau perintah raja pada zaman dahulu diwartakan.
Tapi "bendhe" dalam wujud alat speaker toa digunakan untuk mewartakan adanya peringatan undhuh-undhuh di gereja kami. Â Satu tahun sekali pada waktu memperingati hari Pentakosta jemaat mengadakan hari undhuh-undhuh, yakni jemaat mempersembahkan hasil bumi dan hasil karyanya kepada gereja sebagai bentuk ucapan syukur. Â Barang-barang yang telah dipersembahkan kepada Tuhan melalui gereja tersebut kemudian akan dilelang, hasilnya akan dimasukkan ke kas gereja untuk memenuhi berbagai kebutuhan gereja.
Supaya warga jemaat sadar bahwa hari besok adalah hari undhuh-undhuh, maka alat speaker toa dengan diletakkan di atas mobil yang berjalan mengitari dusun, warta hari undhuh-undhuh dikumandangkan.
Â
Kerukunan Umat Beragama
Pada waktu saya masih kecil hidup di sebuah kampung di Kecamatan Semarang Selatan, toa digunakan untuk mengumumkan kematian warga desa. Â Pada waktu itu aparat desa berjalan keliling desa dengan menyuarakan terompet dan memberi pengumuman lewat toa kecil yang dibawa.
Toa juga digunakan untuk pengeras suara saat orang-orang memiliki hajatan mnenikahkan anaknya. Â Toa akan dipasang di pohon yang tinggi supaya warga desa bisa mendengarnya. Â Lagu-lagu yang disetel melalui toa pada waktu itu yang populer antara lain lagunya Oma Irama atau Ida Laila.
Di Kelurahan Tambakboyo Ambarawa, dimana sekarang ini kami tinggal, meski masih ber-KTP Jepara, toa masih digunakan untuk mengumumkan warga yang meninggal. Â Masjid akan menyuarakan toanya itu untuk kebutuhan sosial warga tersebut tidak memperhitungkan warga masyarat yang meninggal beragama Islam atau apa.
Meski toa banyak digunakan di masjid-masjid untuk kegiatan kerohanian mereka dalam melantunkan adzan, pengajian, ceramah-ceramah para ustad, Â tetapi rupanya juga tidak meninggalkan fungsi sosialnya.