Nostalgia
Oleh karena itulah, sampai sekarang ini ketika mendengar suara ayam jantan berkokok, serasa kembali kemasa kanak-kanak, angan mengembara meraih kenangan nostalgia. Â Jika tidak ada suara ayam berkokok, malah terasa aneh, dunia terasa sepi dan serasa hampa, hehehe...
Ketika rumah di Ambarawa tidak ada ayam, maka timbulah inisiatif untuk membawa ayam kami dari Jepara. Â Ada sekitar 8 ekor ayam kami yang masih tersisa. Â Sebelumnya ada sekitar 20 puluhan ayam yang kami umbar atau tidak dikandang. Â Tetapi sudah kami kurangi untuk keperluan hajatan dan terakhir untuk keperluan 'sambatan' karena kami ada kerja bakti menaikkan genteng rumah yang tengah kami bangun.
Maka kami tangkap sepasang anak ayam berwarna blirik dan kelabu. Â Kami pelihara dengan pakan sisa makanan dengan dicampur dedak. Â Nah setelah menginjak masa remaja, ayam jantan yang masih 'lancur' itu berbunyi. Â Kami sungguh senang sekali saat mendengar suara ayam itu muncul pertama kali. Â Suaranya kecil, melengking, pendek saja. Â Aku dan istri tersenyum senang. Â Tiba-tiba ingatan melayang ke masa kanak yang akrab dengan dunia per-ayam-an.
Kami heran dengan tukang bangunan kami yang merasa terganggu dengan kokok ayam jantan. Â Mereka berteriak supaya ayam jantan diam tidak berkokok. Â Yah, mana bisa ayam jantan itu mendengar bahasa manusia? Â Ternyata ada juga ya orang yang suka suara ayam karena berbagai alasan, tetapi ada juga yang merasa jengkel tidak suka dan terganggu. Memanglah manusia di dunia ini tidak sama alias berbeda-beda seleranya. Â Kalau Anda bagaimana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H