Kampung tempat saya tinggal itu yang sekarang bernama Desa Gajah Mungkur, berjarak sekitar 1,5 Km dengan Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat yang saat ini sedang diramaikan.
Saat usia SD saya membantu menemani Ibu atau Kakek belanja kulakan di Pasar Lemah Gempal atau Pasar Bulu Semarang.
Untuk sampai di pasar tersebut, maka dari rumah kami, kami naik becak atau bersepeda melewati kampung Petompon, Kaligarang, kemudian Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat itu, baru sampailah ke pasar Lemah Gempal atau Pasar Bulu yang kami tuju.
Kemudian saya sering melewati jalur itu dengan bersepeda saat bersekolah di SMP Lab. IKIP Semarang yang terletak di Jl. Amarta dekat Pasar Karang Ayu Semarang Barat.
Melihat anak-anak dengan bertelanjang dada bermain perosotan di Bendungan Pleret Banjir Kanal Barat itu sebagai pemandangan yang biasa.
Bendungan itu kadang juga digunakan sebagai jalan pintas orang yang mau ke daerah Simongan seberang sungai.
Sebenarnya ada jembatan gantung saat itu yang menghubungkan antara daerah Lemah Gempal dengan Simongan.
Tetapi mungkin ingin menempuh jalan agak cepat, sehingga orang memilih menyeberang Bendungan Pleret Banjir kanal Barat itu dengan menenteng sandal atau sepatunya.
Sering pula di bulan Ramadhan, jika musim kemarau, bendungan itu digunakan anak-anak bermain, sambil menunggu saat berbuka puasa tiba.
Pernah saya ketika masih anak-anak, saat menunggu berbuka puasa tiba, bersepeda di sekitar bendungan, melihat anak-anak lain bermain perosotan.
Sebenarnya ada keinginan untuk turut melakukan perosotan, tetapi takut terjadi apa-apa, karena belum terbiasa. Akhirnya hanya melihat saja sampai saat petang tiba.