Cerita Horor Melihat Banaspati
Pada jembatan agak ujung, saya bertemu dan ngobrol dengan seorang anak muda yang sedang menggunakan branjang angkat atau ancho ini.
Anak ini masih usia berkisar 16 tahun. Dia putus sekolah sejak kelas 2 SMP.
"Mengapa tidak sekolah?" Saya bertanya. "Saya malas sekolah pak," jawabnya sambil sesekali mengungkit dan kembali mencelupkan jala branjangnya saat tidak mendapatkan ikan yang ia harapkan.
Saya bertanya perihal tanggapan orang tuanya atas keputusan anak muda ini tidak mau sekolah. Orang tuanya yang adalah nelayan dikatakan oleh anak muda itu tidak marah, terserah pada keputusan anak muda itu.
Anak muda itu mempunyai seorang kakak laki-laki. Menurutnya, setelah kakaknya bosan kuliah di Bandung, pulang ke rumah dan saat ini bekerja di sebuah perusahaan jamu yang berada di Kabupaten Semarang.
Terbetik dalam hati saya, bagaimana kalau anak muda itu mengambil pendidikan dengan kejar paket? Bukankah pendidikan itu sangat penting, khususnya bagi anak muda untuk mempersiapkan masa depannya?
Sudah setahun ini dia mencari ikan. Katanya penghasilannya lumayan. Jika hari baik, dia bisa pulang membawa uang Rp. 100.000. Pekerjaan itu dilakukannya seharian. Kadang jika cuaca bagus, dia akan mencari ikan hingga malam hari.
Pernah menjumpai hal yang mistis? Dia mengatakan pernah melihat sebuah penampakan di pinggir Rawa Pening, di kebun pisang dekat kampungnya, Cikal. Penampakan seperti apa? Banaspati katanya.
Banaspati menurut anak muda itu berwujud bola api yang sebentar kelihatan, sebentar hilang. Tidak hanya dia sendiri, tetapi dua orang rekannya yang tengah bersama mencari ikan dengan branjang juga melihatnya. Tidak merasa takut? Saya bertanya. Tidak, katanya.