Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 20)
Oleh: Suyito Basuki
Â
I. Catatan istilah-istilahÂ
Budhalan: saat pasukan berangkat menuju ke suatu tempat
Batangan (kendhang) : salah satu jenis kendang, tanggung ukurannya.
Cepengan: tata cara memegang dan memainkan wayang di layar.
Cakilan: lih. perang kembang.
Canglet: salah satu adegan dalam peperangan antar wayang. Â Menggambarkan tindakan saling mendorong, upaya untuk menjatuhkan lawan.
Diisis: merawat wayang dengan cara diangin-anginkan. Â Untuk menghindarkan wayang dari jamur.
Ditabuh: dipukul supaya berbunyi.
Demung: salah satu jenis alat musik gamelan. Â Selain demung, jenis yang lain misalnya: saron, gender, rebab dll.
Dhalang: orang yang memainkan wayang
Garwa padmi: wanita yang diperistri setelah menjadi bupati.
Garwa ampil: wanita yang diperistri sebelum menjadi bupati.
Gendiran: salah satu tenik perang wayang antara kesatria melawan raksasa.
Gandhok: bagian tambahan dari rumah joglo. Â Jika ada kedua gandhok disebut sinoman. Â Kedua gandhok terletakdi sisi kanan atau kiri. Â Fungsi gandhok untuk acara yang bersifat umum. Â Perkembangan selanjutnya gandhok juga difungsikan untuk ruang latihan gamelan, ruang tidur, dsb.
Joglo: jenis rumah Jawa.Â
Kendhang ketipung: jenis kendang, kecil ukurannya.
Kendhang ageng: jenis kendang, besar ukurannya.
Keprakan: Kegiatan kaki dhalang memainkan cempala dan keprak. Â Fungsinya memberi tekanan dalam sabetan, memimpin irama gendhing, untuk jeda dialog, dsb.
Lancaran: salah satu jenis tabuhan kerawitan Jawa. Â Tataran selanjutnya adalah ketawang, ladrang, dan gendhing.
Ladrang: salah satu jenis tabuhan kerawitan. Â Bandingkan dengan lancaran.
Mertinjo: melihat keadaan wilayah.
Ngarsa dalem: sebutan untuk Sultan Hamengku Buwono X, Raja Kraton Yogyakarta
Laras slendro: sebuah nada dasar/ titi laras gamelan.
Laras pelog: sebuah nada dasar/ titi laras gamelan.
Perang kembang: perang antara kesatria dengan raksasa.
Perang alus-alus: perang antara kesatria dengan sesama kesatria. Â Misalnya antara Arjuna dan Adipati Karna.
Perang gagah-gagah: perang antara satriya gagah melawan sesamanya. Â Misalnya Gatutkaca melawan Setija Bomanarakasura.
Pisowanan kraton: kegiatan rutin atau incidental abdi dalem di kraton. Â Dapat berarti bertemu atasannya di kraton, atau sekedar melakukan kewajibannya sebagai abdi dalem kraton.
Sabetan: gerakan wayang yang dimainkan oleh dhalang
Soran: jenis karawitan berdasarkan tabuhan gamelan yang keras. Â Berbeda dengan uyon-uyon, tabuhannya lembut.
Slendro pathet 6: slendro menunjukkan nada dasar; sedang 6 menunjukkan pathetnya. Â Di dalam pewayangan khususnya, ada beberapa pathet (saat): pathet 6 (sekitar jam 21.00-00.30), pathet 9 (sekitar jam 00.30-03.00), dan pathet manyuro (sekitar jam 03.00-05.00/ selesai).
Sindhen: penyanyi wanita di pertunjukan wayang
Tubrukan: salah satu adegan dalam peperangan antar wayang. Â Menggambarkan tindakan menubruk lawan.
Tanpa tedheng aling-aling: tidak basa-basi, terbuka apa adanya
Wadya bala: para prajurit.
Â
II. Tembang atau Lagu
1. Syair lagu ladrang Sri Slamet, dinyanyikan oleh Nyi SutejoÂ
Kadange dhewe jarwa surya
Ya ndhuk surya lumebeng ancala
Gones-gones srengging karsa
Kancane dhewe mung nedya nyumurupana
 Ya mas ya mas teja tirta
gones atmaja nata rahwana
ya mas ya mas kekuwunge
kancane dhewe karya rujit ing wardaya
 (ngelik)
Parabesan moro bangun
sepat domba kali oya
aja dolan lan wong priya
goremeh nora prasaja
 2. Lirik lagu 'Gerimis'-nya Katon Bagaskara
Musim penghujan habis tanpa pesan
Bawa kenangan lama tlah menghilang
Saat yang indah dikau di pelukan
Setiap nafasmu adalah milikku
 Surya terpancar dari wajah kita
Bagai menghalau mendung hitam tiba
Sekejap badai datang mengoyak kedamaianÂ
Reff: Segala musnah lalu, gerimis langit pun menangis
Kekasih, andai saja kau mengerti
Harusnya kita mampu lewati itu semua
Dan bukan menyerah untuk berpisah
Kekasih andai saja kau sadari
Semua hanya satu ujian 'tuk cinta kita
 3. Macapat Durma yang dinyanyikan nenek BagasÂ
Paman-paman
Apa wartane ing ndalan
Ing ndalan keh wong mati
Mati kena apa?
Mati suduk salira
Neng jaja terus neng gigir
Pan kaniayaa
Garing nganti ngalingking
 4.  Lirik lagu Kemesraan ini-nya Iwan Fals
Suatu hari
Dikala kita duduk ditepi pantai
Dan memandang
Ombak dilautan yang kian menepi
Burung camar
Terbang bermain diderunya air
Suara alam ini
Hangatkan jiwa kita
Sementara
Sinar surya perlahan mulai tenggelam
Suara gitarmu
Mengalunkan melodi tentang cinta
Ada hati
Membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa
Tercurah saat itu
Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Ingin kukenang selalu
Hatiku damai
Jiwaku tentram disampingmu
Hatiku damai
Jiwaku tentram bersamamu
5. Lirik lagu Yogyakarta-nya Katon Bagaskra
Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku
Bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana jogja
Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima, menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, ditelan deru kotamu
Walau kini kau t'lah tiada, tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, ditelan deru kota
Walau kini kau t'lah tiada, tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (untuk selalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati (bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi (izinkanlah lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati (selalu pulang lagi, selalu pulang lagi)
6. Terjemahan dialog wayang Srikandi-Bisma
 Resi Bisma (RB):
Tidak salah lihat, ini Srikandhi yang maju di tengah peperangan.
Srikandhi (S):
Benar eyang Bisma.
RB: Apa di Amarta sudah tidak ada laki-laki? Â Wanita yang penuh kerepotan kok maju dalam peperangan?
S: Wanita itu hanya keadaan, tetapi masalah tanggung jawab membela negara, itu tanggung jawab semua warga negara, tidak memandang laki-laki atau perempuan.
RB: Lho, kamu tidak takut terhadap kesaktianku, Srikandhi?
S: Hal itu saya sudah bertekad, segala sepak terjang eyang resi akan saya antisipasi.
RB: Benar-benar cantik kamu Srikandhi, ayo pakailah segala kesaktianmu. Â Jika kamu terlena, kamu bisa mati karena tanganku.
S: Jangan setengah-setengah dalam melawanku eyang resi...
(Jeda)
S: Kurang ajar. Â Eyang Bisma walau sudah tua tetapi pemikirannya seperti orang muda, tidak memiliki tata krama. Â BH-ku hilang kena panah eyang Bisma. Â Aku betul-betul dipermalukan. Â Jangan tertawa eyang Bisma, terimalah anak panahku, matilah kau dengan kesaktianku...
(Usailah sudah)