Kapuk bertanya,"Kamu yakin dia kan berangkat latihan?"
"Yakin, karena aku dengar dia lagi nyiapkan sebuah pentas untuk bulan depan." Bramastho berkata sambil mengepalkan tangan kanan.
Hari berikutnya, di sebuah jalan di malam hari, Bagas mengendarai motor bebeknya dengan membawa wayang Srikandhi dan Bisma di tas besar di punggungnya. Â Lepas dari keramaian jalan, Bagas melintasi jalan yang agak sepi. Â Bramastho dan teman-temannya menunggu, nongkrong di kendaraan jeep.Â
Gembrot dan Kapuk tiba-tiba berteriak,"Itu dia orang yang kita tunggu!" Bramastho turun dari mobil diikuti teman-temannya, mencegat Bagas yang sedang berkendaraan.Â
Bagas menghentikan motornya,"Maaf, ada apa ini?"
Bramastho tanpa basa-basi berkata,"Langsung aja bung, bagaimana kalau aku usul supaya Anda tidak terlalu akrab dengan Fitri?"
Bagas keheranan,"Lho, apa salahnya?"
Bramastho mencibir berkata,"Letak kesalahannya adalah: Fitri itu kekasihku, sebentar lagi aku akan melamarnya. Â Memang kami ada sedikit masalah, tetapi aku yakin akan terselesaikan dengan baik."
Kapuk menguatkan,"Benar dan itu hanya nunggu soal waktu saja."
Bagas memberi argumen,"Bram, Fitri tidak mengatakan bahwa dia adalah kekasihmu. Â Dan apa salahnya saya berhubungan baik dengannya. Â Toh dia anak guruku."
Bramastho membentak,"Cukup! Aku tidak mau mendengar jawaban itu. Â Sekarang dengar baik-baik, kamu mau menjauhi Fitri apa tidak?"