Penjual Kantin terheran,"Eh, mas Bagas, juga jalan kaki begini terus, enggak capek?"
Bagas menjawab sambil tersenyum,"Ya capek lah mbak."
Penjual memberi tawaran,"Eh, bisa lho kalau mau pakai kendaraan motor di sini, tapi ya jelek."
"Iya, trima kasih, tidak ah, saya tak jalan saja," Bagas menjawab masih tersenyum.
"Hei, Gas, sehat-sehat nih?" Seorang mahasiswa kedokteran yang mengenal Bagas menyapa.
"Ya, beginilah, kurus yang penting sehat Pak Dokter," Bagas bercanda. Keduanya tertawa berdera-derai.
"Hei, tahu ngga' malam nanti ada pagelaran musik rock, bintang tamu dari Jakarta. Â Meliput nggak nih?" tanya mahasiswa kedokteran tadi.
"Pasti dong, aku juga sudah tahu," Bagas tangkas menjawab.
"Bikin tulisan buat buletinku ya?" Mahasiswa kedokteran tadi berkata sambil menepuk pundak Bagas.
Mahasiswa lain yang mendengar berkomentar,"Ah, buletinmu tidak ngasih honor, Bagas kan biasa nulis untuk koran lokal daerah kita yang pasti ada honornya. Â Ya, kan Gas?"Bagas tertawa renyah. Â Yang lain pun juga tertawa. Â Mahasiswa yang lagi jajan menengok keheranan, juga Penjual Kantin.
Fitri yang sedari tadi asyik mendengar cerita Bagas berujar,"Mas, cerita itu luar biasa lho, kemandirian yang patut diacungi jempol."